SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO–Dawet jadi kuliner yang ditonjolkan dalam Festival Dawet Semanggi pada Minggu (7/7/2019) di Semanggi, Pasar Kliwon, Kota Solo. Semua kegiatan di festival tersebut bertema dawet.

Festival tersebut dimeriahkan dengan pembagian 4.000 gelas dawet dan tarian Lenggang Dawet. Sebelum festival dimulai, warga lebih dulu menyerbu puluhan stan yang dipersiapkan panitia untuk membagikan ribuan gelas dawet itu.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Ribuan gelas dawet yang dibuat setiap rukun tetangga dan lembaga kelurahan habis dalam hitungan menit. Banyak warga yang tidak kebagian es dawet lantaran telat beberapa menit saja.

Selain pembagian ribuan gelas dawet, pada festival tersebut ada pentas perdana tarian modifikasi Lenggang Dawet. Tari tersebut merupakan perwujudan proses pembuatan dawet yang bertransformasi menjadi tarian.

Sebanyak 17 orang penari memperagakan tarian Lenggang Dawet. Salah seorang penari Lenggang Dawet, Fangky Rizky Fauzy, mengatakan tarian tersebut merupakan diciptakan oleh paar seniman tari di Sanggar Krida Budaya Semanggi. Tarian tersebut bercerita tentang proses pembuatan dawet.

Seluruh proses pembuatan dawet dibentuk menjadi gerak tari yang kemudian ditetapkan oleh Pemerintah Kelurahan Semanggi sebagai identitas kelurahan tersebut. Fangky bangga bisa terpilih menjadi salah seorang penari Lenggang Dawet yang baru kali pertama itu dipentaskan di muka umum.

Ketua panitia Festival Dawet Semanggi, Jarot Prakoso, mengatakan dawet adalah ikon Kelurahan Semanggi. Semula panitia hanya akan membagikan 2.000 gelas dawet di festival itu. Antusiasme warga yang tinggi membuat panitia menambah jumlah dawet yang dibagikan menjadi 4.000 gelas. “Ada 20 stan pembagian dawet gratis. Setiap stan menyediakan 200 gelas dawet,” kata dia. Jarot menjelaskan tarian Lenggang Dawet diciptakan untuk melestarikan budaya dan tradisional.

Lurah Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Solo, Sularso, mengapresiasi kegiatan yang diselenggarakan Karang Taruna Kelurahan Semanggi tersebut. Festival itu diselenggarakan secara swadaya tanpa bantuan dana dari Pemerintah Kota Solo. “Ini menurut saya luar biasa. Ini karya Karang taruna Kelurahan Semanggi nguri-uri budaya. Semoga setelah melihat kemeriahan festival ini Pemerintah Kota Solo memberikan bantuan dana entah langsung atau melalui kelurahan,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya