SOLOPOS.COM - Warga memperebutkan gunungan ketupat saat digelar kenduri ketupat di Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes, Senin (9/5/2022) pagi. (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Warga Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten menggelar kenduri ketupat. Tradisi turun temurun itu kembali digelar setelah dua tahun absen gara-gara pandemi Covid-19. Kenduri digelar di kawasan Alun-alun Jimbung, Senin (9/5/2022) sekitar pukul 09.00 WIB.

Sedari pagi ratusan warga dari berbagai daerah berdatangan untuk mengikuti prosesi kenduri tersebut. Kenduri ketupat tahun ini digelar sederhana.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Ada tiga gunungan ketupat kecil yang lengkap dengan sambal goreng. Setelah serangkaian acara seremonial, ketupat dibagikan kepada warga yang berdatangan. Tak sampai dibagikan, ketupat sudah habis diperebutkan warga.

Salah satu warga Desa Jimbung, Risnawati, 40, menjadi salah satu warga yang ikut berdesakan memperebutkan gunungan ketupat.

Baca Juga: Eks-Pabrik Karung Delanggu Dijual, Pemkab Klaten: Belum Cagar Budaya

“Sudah dua tahun tidak ada acara ini. Lebaran ini ada lagi. Rencana ketupat mau dimakan bersama keluarga. Rasanya enak kok. Siapa tahu mendapatkan berkah,” kata Risnawati saat ditemui seusai kenduri ketupat.

Warga lainnya, Sukardi, 60, datang ke Alun-alun Jimbung untuk ikut tradisi kenduri ketupat sejak pukul 07.00 WIB. Penantiannya membuahkan hasil dengan mendapatkan lima ketupat.

“Tahun ini acaranya sederhana. Biasanya ada arak-arakan gunungan ketupat,” kata warga Desa Sukorejo, Kecamatan Wedi tersebut.

Ketua Panitia Kenduri Ketupat Desa Jimbung, Widodo, mengatakan kenduri itu menjadi tradisi turun temurun. Hanya, kenduri itu absen digelar selama dua tahun pada 2020-2021 lantaran pandemi Covid-19.

Baca Juga: Asal Usul Nama Getuk Yoko Klaten, Ternyata Begini Ceritanya

Meski digelar lagi, Widodo menjelaskan acara diadakan secara sederhana. Tak ada kirab gunungan ketupat yang biasanya diadakan dari Balai Desa Jimbung hingga Alun-alun Jimbung. Jumlah gunungan pada perayaan tahun ini juga lebih sedikit jika dibandingkan sebelum ada pandemi Covid-19.

Jika sebelum pandemi ada 20 gunungan yang diarak dengan ukuran beragam, perayaan kali ini hanya menggunakan tiga gunungan setinggi sekitar 70 sentimeter yang berisi sekitar 60 ketupat.

Meski sederhana, Widodo bersyukur tradisi itu bisa kembali digelar di tengah kondisi masih pandemi Covid-19.

“Tradisi ini biasa digelar pada H+8 Lebaran. Ini sudah turun temurun sejak nenek moyang. Dari desa juga sudah membuat Perdes [peraturan desa] terkait sebaran ketupat dan Perdes terkait tradisi syawalan,” kata Widodo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya