SOLOPOS.COM - Perut Buncit (SOLOPOS/Tri Rahayu)

Perut Buncit (SOLOPOS/Tri Rahayu)

Dia hanya bisa duduk dipangkuan ibunya karena tidak bisa bermain seperti teman sebayanya di Dukuh Blontah RT 22/RW IV, Desa Jekawal, Tangen, Sragen, Sabtu (18/6/2011) pagi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Matanya menatap redup saat Espos dan wartawan lainnya bertandang ke rumahnya yang berjarak sekitar 25 km dari Kota Sragen.

Fransiska Serlin Agustina atau Serlin, demikian sapaan akrab bocah yang baru berumur 3 tahun 10 bulan itu. Tangan dan kakinya terlihat kecil tidak normal.

Tubuhnya kurus. Perutnya membuncit lantaran menderita pembengkakan liver dan limpa sejak dua bulan terakhir. Putri tunggal pasangan Joko Kristianto, 39, dan Sugini, 39, ini hanya bisa
terbaring dan duduk dipangkukan orangtuanya.

Tanda-tanda penyakit yang menimpa Serlin mulai terlihat sejak berusia tujuh bulan.

“Semula Serlin tidak mau makan dan diare. Kemudian anak ini saya bawa ke Rumah Sakit Tumbuh Kembang di Jakarta. Kebetulan kami sekeluarga tinggal di sana. Sejak itulah, dokter curiga dengan adanya indikasi pembengkakan pada bagian perut. Saat itu saya tidak tahu
kalau Serlin bakal seperti ini,” kisah Sugini.

Setelah di Jakarta beberapa lama, keluarga Serlin pindah ke Jogja. Sugini seorang warga asli Blontah yang menikah dengan Joko Kristianto, warga asal Jogja.

Selama di Jogja, Serlin sering keluar masuk rumah sakit akibat penyakit yang dideritanya. Sugini mengaku sudah tujuh kali Serlin masuk rumah sakit di Jakarta dan Jogja.

“Biayanya sangat mahal. Selama 17 hari di rumah sakit, kami sudah menghabiskan biaya
sampai Rp 17 juta. Karena harga obatnya sebotol sekitar Rp 1,8 juta,” aku Sugini.

Obat tersebut diberikan kepada Serlin melalui saluran infus. Pengobatan itu sedikit membantu Serlin. Kakinya yang semula ikut bengkak sudah mengecil.

“Setelah itu, kami tidak lagi membawa anak ini ke rumah sakit. Biayanya berat bagi kami. Apalagi kalau sampai dioperasi. Masak anak baru segini sudah dioperasi. Saya tidak kuasa
melihat kondisi anak saya. Saya jujur sudah tidak kuat,” tutur Joko sembari mengusap air matanya beberapa kali.

Bagi Joko, kehidupan Serlin yang bertahan hingga sekarang merupakan mukjizat dari Tuhan. Serlin sempat koma selama tiga hari di Panti Rapih Jogja lantaran pembuluh darahnya pecah terdesak pembengkakan hati dan limpanya. Dokter sudah memvonis kalau Serlin sudah tidak bisa bertahan lama.

“Saat itu saya syok betul. Tapi akhirnya Serlin bisa siuman dan bertahan sampai sekarang. Ini benar-benar mukjizat. Sejak putus dari obat selama dua bulan terakhir, kondisi Serlin semakin memburuk. Perutnya semakin membesar. Saya bingung harus kemana lagi harus
mencari uang,” keluh Joko yang bekerja sebagai buruh serabutan.

Pembengkakan perut Serlin sampai diameter 30 cm. Urat syaraf dan nadi diperut Serlin terlihat membiru. Masa depan Serlin tinggal menunggu mukjizat kedua dari Tuhan melalui uluran tangan para dermawan dan pemerintah setempat.

Pada Sabtu kemarin, tim Puskesmas Tangen dan bidan desa langsung menjenguk Serlin di rumahnya. Tim Dinas Kesehatan (Dinkes) dan Dinas Sosial (Dinsos) pun tak mau ketinggalan. Dua tim itu melakukan misi sosial mengunjungi rumah Serlin pada hari yang sama.

(Tri Rahayu)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya