SOLOPOS.COM - Petani kopi asal Puhpelem, Wonogiri, Mulyono, menunjukan kopi produksinya di acara Festival Kopi dan Batik Wonogiri di Alun-Alun Giri Krida Bakti Wonogiri, Minggu (2/10/2022). (Solopos.com/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Pemkab Wonogiri bersama sejumlah pihak makin serius menjadikan kopi sebagai komoditas unggulan daerah. Petani, pegiat, dan Pemkab bergerak bersama-sama.

Di sisi lain, pengembangan komoditas ini masih banyak tantangan, salah satunya terkait pendataan produktivitas kopi. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Penelitian dan  Pengembagan (Bappeda Litbang) Wonogiri, Heru Utomo, mengatakan pemerintah bersama petani dan pemerhati kopi mulai menggarap serius komoditas kopi mulai 2017.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Hal itu ditandai dengan acara Wonogiri Nduwe Kopi sebagai upaya pengenalan kopi Wonogiri. “Sejak saat itu, produktivitas kopi Wonogiri, khususnya robusta, naik cukup signifikan. Luas area tanam juga semakin luas,” kata Heru Utomo saat ditemui Solopos.com di kantornya, Jumat (20/1/2023).

Menurut Heru, banyak petani kopi yang memanfaatkan lahan Perhutani. Di Brenggolo, ungkapnya, sudah mencapai 9,5 hektare (ha) lahan kopi yang digarap bekerja sama dengan Perhutani.

Dia mengklaim bentuk keseriusan menjadikan kopi sebagai komoditas unggulan Wonogiri itu masih berlanjut hingga sekarang. Pada awal Oktober 2022 lalu Pemkab Wonogiri mencatat komoditas kopi robusta menjadi potensi indikasi geografis.

Kemudian pada Kamis (19/1/2023), Pemkab memfasilitasi dan mendampingi pembentukan masyarakat perlindungan indikasi geografis (MPIG) kopi robusta Wonogiri. Pembentukan MPIG diharapkan bisa membantu meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi kopi robusta Wonogiri.

Standardisasi yang Jelas

Menurut dia, kualitas rasa kopi robusta Wonogiri, khususnya di Desa Brenggolo, Kecamatan Jatiroto, sudah cukup baik. Kualitas kopi tersebut bernilai 86 poin ketika diuji para ahli. 

“Nah ini tugas kami bersama, minimal agar bisa menjaga kualitas dan memiliki standardisasi yang jelas. Terutama perlakuan kopi pascapanen. Melalui MPIG ini kami harapkan petani bisa memperhatikan kualitas produksi, terutama pascapanen ya,” ujar dia.

Heru tidak memungkiri masih banyak hal yang harus dibenahi agar kopi benar-benar bisa menjadi komoditas unggulan Wonogiri. Salah satunya terkait pendataan data produksi. Selama ini belum ada data valid berapa produksi kopi di Wonogiri, baik robusta, arabika, maupun liberika.

Catatan Solopos.com belum lama ini, masih ada disparitas antara data yang dimiliki Pemkab Wonogiri dalam hal ini Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertan) dengan kondisi riil di lapangan. 

Data Dispertan Wonogiri menyebutkan produksi kopi jenis arabika dan robusta tidak terpaut jauh. Di sisi lain, pegiat dan pelaku usaha kopi di Wonogiri menilai produksi kopi arabika di Wonogiri tidak mencapai 10% dari produksi kopi robusta.

Pada 2021, Dispertan Pangan Wonogiri mencatat data produksi kopi robusta dan arabika masing-masing sebanyak 42.654 kg/tahun dan 44.566 kg/tahun. 

Kopi di Lahan Perhutani

Sub Koordinator Perkebunan Dispertan Pangan Wonogiri, Parno, pada saat itu menjelaskan data produksi yang disajikan Dispertan Pangan Wonogiri hanya data produksi kopi yang ditanam di lahan pribadi atau perorangan.

Dia mengakui data itu bukanlah data riil produksi kopi di Wonogiri. Hal itu lantaran banyak tanaman kopi yang ditanam di lahan negara yang dikelola Perum Perhutani.

“Kami enggak bisa mendata produksi kopi yang ditanam di lahan Perhutani. Itu sudah bukan wilayah dan wewenang kami. Jujur saja, kami juga kesulitan mendapatkan data pasti produksi kopi itu,” kata Parno. 

Sementara itu, Pejabat Humas Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Surakarta, Suko, yang pada saat itu ditemui Solopos.com di kantornya menyebut Pemkab Wonogiri bisa saja mendata produksi kopi yang ditanam di lahan Perhutani.

Hal itu diizinkan. “Tinggal koordinasi saja,” kata dia. Jika data produktivitas kopi saja belum jelas dan valid, penyeragaman kualitas kopi di Wonogiri masih jauh panggang dari api.

Terlebih komoditas kopi ini tidak hanya tersentral di satu wilayah, melainkan menyebar di beberapa wilayah di Wonogiri seperti Girimarto, Tirtomoyo, dan Kismantoro.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya