SOLOPOS.COM - Air laut melimpas ke daratan di pesisir Pekalongan, Jawa Tengah, Senin (23/5/2022). (Antaranews.com)

Solopos.com, PEKALONGAN — Sejak memasuki era milenium atau medio 2000-an, bencana banjir rob sudah menjadi hal yang rutin terjadi di kawasan pesisir, khususnya di kota/kabupaten yang ada di jalur pantai utara (Pantura) di Jawa Tengah. Salah satu wilayah di Jawa Tengah yang sering dilanda rob adalah Pekalongan yang diprediksi paling cepat tenggelam di Indonesia.

Berdasarkan pantauan Solopos.com melalui kanal Youtube elhakimovic, Rabu (25/5/2022), Pekalongan adalah wilayah pesisir yang paling mengkhawatirkan terhadap ancaman rob.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Banyak rumah warga yang berada di kawasan pesisir pantai tenggelam setiap bannjir rob melanda. Salah satu warga pesisir yang rumahnya selalu terendam banjir rob adalah Azizah yang tinggal di Desa Pabean.

Azizah yang merupakan pengrajin batik ini mengaku bahwa sebagian rumanya sudah tenggelam secara permanen dan setiap banjir rob melanda, kedalaman air bisa setinggi dada orang dewasa.

Azizah mengaku bahwa sejak 2015, dia selalu menguruk atau meninggikan rumahnya dengan pasir supaya saat banjir rob melanda, rumahnya tidak tenggelam. Namun, meskipun sudah diuruk berkali-kali, rumahnya selalu tenggelam saat banjir rob melanda. Kondisi ini membuat produktivitasnya sebagai pembatik tradisional ikut turun dan berimbas pada pemasukan.

Baca Juga: Pantura Jateng Tenggelam, Akibat Ulah Manusia?

Pekalongan Tenggelam

Sementara itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 2018 silam dengan menggunakan teknik analisa geospasial, menunjukan bahwa 31% wilayah Kota Pekalongan sudah terendam air. Bahkan, Kota Pekalongan diperediksi menjadi kota kawasan pesisir yang paling cepat tenggelam dalam beberapa tahun ke depan.

Baca Juga: Luas Genangan Rob di Semarang Capai 464 Hektare, Ini Sebaran Wilayahnya

Menurut Pakar Analis Geospasial, Irendra Radjawali, permukaan tanah di Kota Pekalongan bagian utara mengalami penurunan (land subsidence) sebesar 25-34 cm. Hasil analisa ini menggunakan cintra satelit dan teknik DinSAR (Differetial-Synthetic Apeture Radar – Infererometry) yang menghasilkan rona cahaya yang ditangkap dari permukaan Bumi.

Sedangkan fenomena turunnya permukaan tanah di kawasan pantura ini memang banyak terjadi di daerah perkotaan. Berdasarkan hipotesa Irendra, menurunnya permukaan tanah diakibatkan air tanah yang terus menerus disedot oleh berbagai pihak berkepentingan, mulai dari rumah tangga hingga industri.

Solusi

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, menjelaskan solusi dari pengembalian fungsi lahan ini bisa dilakukan dengan metode perbaikan tata ruang dan itu memakan biaya yang sangat tinggi. Namun, berdasarkan pembelajaran Ganjar melalui beberapa karya literasi, salah satu metode yang paling efektif adalah dengan mengosongkan lahan.

Baca Juga: Gegara Banjir Rob, Semarang Trending Topic di Twitter

Dalam artian, kawasan pesisir dibebaskan dari segala aktivitas, baik itu perumahan hingga industrial dan dijadikan sebagai lahan hutan mangrove untuk pencegahan dampak signifikan dari banjir rob untuk waktu kedepannya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya