SOLOPOS.COM - Petugas TNI dan Polri berusaha meredam emosi Kades Jenar, Kecamatan Jenar, Sragen, Samto, setelah mendorong meja sebagai bentuk protes acara hajatan warga dibubarkan, Jumat (16/7/2021). (Istimewa/Satgas Covid-19 Kecamatan Jenar)

Solopos.com, SRAGEN — Sosok Kades Jenar, Kecamatan Jenar, Sragen, Samto, belakangan ini jadi sorotan. Ia melakukan sejumlah aksi kontroversial seperti memasang baliho berisi makian kepada pejabat dan tulisan lebih lebih enak zaman PKI.

Seteah itu ia datang ke Polsek Jenar untuk meminta maaf sebelum akhirnya kembali marah-marah kepada Satgas Covid-19 yang membubarkan acara hajatan warganya. Ia juga mengaku tidak pernah memakai masker. Padahal dia adalah aparat pemerintah yang seharusnya memberikan contoh penerapan protokol kesehatan di tengan pandemi Covid-19 yang masif.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Samto membenarkan dirinya tidak pernah memakai masker. Menurutnya, memakai masker justru membuat dirinya sesak napas. Pasalnya, sudah dua tahun terakhir Samto mengalami penyakit stroke yang membuat napasnya terengah-engah.

Baca Juga: Emosi Hajatan Warga Dibubarkan Satgas, Kades Jenar Sragen Ngamuk Dorong Meja

Tidak hanya itu, penyakit stroke itu juga membuat ia tidak bisa berjalan dengan lancar. Untuk berjalan, ia harus dibantu tongkat. “Kalau saya pakai masker, saya semakin kesulitan bernapas. Itu saja pertimbangan saya mengapa tidak mau memakai masker,” jelas Samto, Sabtu (17/7/2021).

Samto mengakui penyakit stroke itu pula yang membuat dia mudah terpancing emosi. Ia mengatakan tindakan kontroversialnya dipengaruhi emosi sesaat karena ia prihatin dengan kondisi warganya yang diperlakukan tidak adil dengan sejumlah kebijakan penanggulangan Covid-19.

Seperti diketahui, Ia membuat geger dengan memasang baliho berisi makian kepada pejabat dan menyebut zaman PKI lebih enak daripada zaman setelah reformasi.

Sehari setelah memasang baliho itu, ia datang sendiri ke Kantor Polsek Jenar untuk meminta maaf dan menyatakan mendukung program pemerintah dalam penanggulangan Covid-19. Dia mengakui permintaan maaf itu murni karena dorongan pribadi, bukan atas tekanan dari pihak luar.

Baca Juga: Kades Jenar Sragen Minta Maaf, Polisi Tetap Lanjutkan Penyelidikan Kasus Baliho Maki-Maki Pejabat

Siap Dihukum

Namun, sehari setelahnya, Jumat (16/7/2021), ia kembali terpancing emosi dengan mendorong dua meja saat Satgas Covid-19 membubarkan hajatan warganya.

“Saya sudah diingatkan dokter, kalau penyakit ini akan membuat saya mudah terpancing emosi. Ternyata benar, saya spontan mendorong meja itu. Seharusnya, hajatan itu dibubarkan setelah acara pertemuan pengantin selesai. Ini pengantinnya masih di emperan rumah, tapi malah dibubarkan. Akhirnya saya terpancing emosi,” ujarnya.

Terkait sejumlah kontroversi yang dibuat olehnya, Samto mengaku siap menanggung semua risikonya. Bahkan, siap jika harus berurusan dengan hukum.

“Saya siap berhadapan dengan hukum. Apa yang saya lakukan itu sebagai bentuk kekecewaan saya terhadap pemerintah yang mengambil sikap semena-mena kepada warga. Saya sendiri adalah Ketua Dewan Kesenian Kecamatan Jenar. Hidup saya itu di bawah tayub. Saya banyak menerima keluhan teman-teman sesama seniman karawitan dan campur sari karena mereka kehilangan penghasilan karena tidak boleh pentas,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya