SOLOPOS.COM - Ilustrasi hantu. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO -- Setan budek adalah satu satu urban legend yang muncul di kalangan masyarakat Jakarta. Konon, hantu ini menjadi penyebab terjadinya kecelakaan kereta api di Bintaro Jakarta Selatan sekitar tahun 1987.

Hiii… Ada Penampakan Hantu, Rumah Sehat Corona di Sukoharjo Angker?

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Legenda ini berulang pada kejadian yang paling dekat pada tahun 2015 dan 2017 silam. Di tahun 2015, seorang bernama Ita Purnamasari, 24, tersambar kereta api di kawasan Kemiri Muka, Beji, Depok pada Rabu (25/3/2015) pagi WIB.

Mengutip Detik.com, warga setempat sudah berteriak dan mengingatkan kepada Ita agar jangan menyeberang terlebih dahulu, sebab kereta jurusan Bogor-Jakarta sedang melintas. Nahas Ita tak mendengar dan tetap melintas dan tersambar kereta.

Warga meyakini kejadian ini adalah campur tangan dari setan budek. Dugaan serupa juga dilekatkan pada kejadian di perlintasan kereta Jalan Laswi, Kamis (8/6/2017). pada hari itu ada empat orang remaja tewas tertabrak kereta api.

Update Covid-19 Karanganyar, 12 Pasien Sembuh, Tambah 3 Kasus Baru

Beberapa hari setelahnya dua orang meninggal dunia dalam kecelakaan kereta api di daerah Kramat, Senen, Jakarta Pusat, Selasa (13/6/2017) sore. Keduanya merupakan orang yang berada di dalam mobil Daihatsu Grandmax yang menabrak kereta jurusan Tanjung Priok-Purwakarta.

Kumparan menyebut bulan itu sebagai Sebuah Juni kelabu, lantaran kejadian serupa terus berulang dalam beberapa hari setelahnya. Nyawa-nyawa anak manusia melayang dengan tragis melalui proses sangat tidak diinginkan.

Setan budek yang juga sering disebut dengan "setan keder" merupakan urban legend yang hingga kini masih tak jelas asal-usulnya. Setan budek dianggap sebagai sosok yang membuat sejumlah orang atau pengendara tak mendengar suara sirine ataupun suara orang sekitar yang memberi peringatan.

Gadis Indigo Ungkap Hantu Penghuni Pabrik Cerutu Jogja

Setan tersebut juga disebut dapat membuat mata menjadi tidak fokus dan malah memperhatikan hal-hal lain.

Kata Bocah Indigo

Bocah indigo Furi Harun punya penjelasan tentang fenomena ini. Katanya setan budek ini bukanlah berjenis jin. Tapi jenisnya adalah hantu, tepatnya hantu gentayangan.

“Kalau dari hasil observasi setan budek, ini jenisnya bukan jin. Hantu-hantu ini yang dulunya pernah jadi korban kecelakaan di rel kereta api, terus mereka enggak terima dengan kematian, alhasil bisa dibilang jadi gentayangan,” ungkap Furi dilansir Okezone, 14 November 2019.

Berawal dari sebab tidak merasa terima harus tewas menjadi korban kecelakaan kereta api, lalu setan-setan budek ini pun menganggu manusia alias orang-orang yang melintasi rel kereta api. Furi mengungkapkan, dalam memilih korbannya, setan budek tidak pilih kasih.

Wanita, laki-laki, orang dewasa, orang tua, semua korban dipilih bebas. Dengan catatan, orang yang sedang melintasi rel kereta api tersebut dalam keadaan setengah sadar, melamun, dan pikirannya sedang tidak fokus. Baik itu ketika melintas di siang hari bolong ataupun malam hari yang gelap.

“Mereka cenderung menganggu orang-orang yang melintasi rel, yakni orang yang dalam keadaan setengah sadar, lagi ngelamun, pikirannya enggak fokus. Atau bisa juga orang yang terlalu fokus pada ponsel jadi enggak aware lingkungan sekitar," jelas dia.

"Cara ganggunya ya menutup telinga orang-orang yang ia pilih jadi korban. Akhirnya cenderung enggak kedengaran itu peringatan dari rambu dan juga petugas pada saat ada kereta api melintas. Nah itulah namanya setan budek,” imbuhnya.

Soal wujud fisik setan budek, melalui Furi, terungkaplah jika setan budek ini ternyata penampilannya kebanyakan berbentuk sebagai laki-laki. Lebih detail lagi, yakni laki-laki bertubuh pendek sekitar hanya 140 centimeter, dengan bentuk tubuh agak gemuk, dan berkepala botak.

Agar tidak diganggu oleh para setan budek, hanya ada satu cara menurut Furi. Selain memfokuskan pikiran, juga harus melindungi diri dengan banyak berdoa.

Kata Psikolog Klinis

Berbeda dengan Furi, psikolog klinis Anindita Citra Setiarini, meyakini fenomena kecelakaan sebagaimana dimaksud penyebabnya adalah divided attention. Ada hal-hal yang dapat mempengaruhi seseorang hingga tak fokus memperhatikan lingkungan sekitar.

"Dari sudut pandang psikologi lebih karena adanya perhatian yang terbagi-bagi atau teralihkan. Tidak jarang orang nyetir atau jalan kaki sambil multi tasking, melakukan hal lain selain yang sedang dilakukan, misalnya sambil dengerin musik supaya tidak bosan, sambil ngunyah atau ngemil, baca postingan di sosmed, telepon-teleponan, atau ngobrol sama temen di sebelahnya. Hal-hal seperti ini yang sebenarnya bisa membuat fokus kita teralihkan sehingga kita kurang waspada dengan lingkungan di sekitar," ujar Citra.

Terkait adanya kisah mistis yang beredar seputar perlintasan kereta, Citra menyebut hal ini dapat memberi sugesti positif maupun negatif, semua kembali ke kepercayaan masing-masing.

"Kalau dia percaya hal gaib dan jadinya lebih hati-hati karena takut celaka sih ada positifnya juga, misalnya supir truk di tikungan tertentu harus permisi dulu dengan cara klakson 3 kali biar selamat," lanjut Citra.

"Logika dalam berkendaranya sih itu sinyal untuk pengendara lain di jalur yang berlawanan untuk lebih aware bahwa ada kendaraan yang mau lewat, jadi harus pelan-pelan," katanya lagi.



Tapi ada juga yang percaya hal gaib dan kebetulan mengalami musibah, baik sudah hati-hati atau belum. "Jatuhnya nanti mengalami self fulfilling prophecy. Ia memvalidasi kepercayaannya tersebut atas pengalaman yang terjadi."

Misal, "betul kan di sini ada penunggunya, buktinya temen ketabrak gara-gara nggak denger bunyi sirine kereta" [padahal temennya pas nyebrang lagi bengong]," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya