SOLOPOS.COM - Candi-candi perwara di sekitar Candi Lawang Boyolali. Foto diambil Juli 2018. (Solopos/Mariyana Ricky P.D.)

Solopos.com, BOYOLALI — Di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, terdapat sebuah peninggalan sejarah berupa candi, lokasi tepatnya di Dusun Dangean, Desa Gedangan, Kecamatan Cepogo. Candi Lawang diyakini merupakan peninggalan Kerajaan Mataram Kuno dan dibangun pada abad ke-9 Masehi.

Mengutip laman wikipedia, Selasa (14/6/2022), sejarah keberadaan Candi Lawang di Boyolali kali pertama dilaporkan oleh P.A. Hadiwijaya, Kepala Perkebunan Sukabumi di Paras, pada 1919. Dia mengatakan ada sebuah candi yang terkubur dengan lokasi di tengah area kebun kopi. Setahun kemudian dilakukan ekskavasi atau penggalian di tempat ditemukannya candi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Lokasi Candi Lawang

Laman kebudayaan.kemdikbud.go.id mengungkap Candi Lawang berada di lereng timur Gunung Merapi yang memiliki ketinggian 932 meter di atas permukaan laut (mdpl). Candi Lawang berada ditanah seluas lebih kurang 500 m2 berbatasan tebing di sisi utara dan timur dengan kemiringan 80 derajat.

Posisi Candi Lawang sedikit tersembunyi karena berada persis di belakang rumah warga. Di situs ini ditemukan lima struktur bangunan, yakni candi induk dan empat candi perwara atau pendamping yang mengapit di kanan kiri dan menghadap bangunan utama.

Ekspedisi Mudik 2024

Bagian candi induk yang berdenah bujur sangkar ini sudah tidak utuh atau runtuh. Baturnya berukuran 6,4 m x 6,4 m, sementara tubuh candi berukuran 5 meter dan menghadap ke barat. Tubuh Candi Lawang tidak lengkap karena hanya tinggal sebagian, yaitu di sudut barat daya. Lantainya juga sudah rusak sehingga bagian sumuran candi terlihat.

Baca juga: Situs Mataram Kuno Boyolali: Candi Sari, Candi Lawang, dan Cabean Kunti

Sejarah Pendirian

Masih mengutip situs Kemdikbud, bangunan Candi Lawang diperkirakan didirikan sekitar abad IX-X Masehi, berdasar pada perbingkaian bagian kaki candi yang merupakan ciri khas profil Jawa Tengah. Perbingkaian itu terdiri dari pelipit rata, sisi genta, dan belah rotan atau halfround.

Dasar lain yang mendukung perkiraan masa pendirian candi adalah inskirpsi yang terdapat di ambang pintu sisi kiri atau selatan. Huruf yang dipakai adalah aksara Jawa Kuna yang banyak digunakan dan berkembang pada masa tersebut. Candi dibangun pada masa kejayaan Kerajaan Mataram Kun0 di bawah pemerintahan raja-raja dari Dinasti Sanjaya yang beragama Hindu.

Ada temuan sebuah inskripsi bertuliskan “ju thi ka la ma sa tka” di ambang pintu candi. Di tengah candi masih ada yoni dalam keadaan baik. Temuan lain di sekitar candi ini antara lain sebuah arca agastya, arca durga bertangan delapan yang disimpan di Museum Radya Pustaka, Solo, pecahan makara, dan simbar.

Temuan di Candi Lawang

Selain inskripsi, bangunan induk memiliki ragam hias motif kertas tempel berbentuk belah ketupat dengan ceplok bunga di bagian tengah bidang tersebut. Selain motif tersebut, terdapat motif untaian bunga dan di antara untaian tersebut terdapat manik-manik dan motif daun.

Baca juga: Pesona Candi Lawang dan Candi Sari Boyolali

Di atas bagian berhias tersebut menonjol keluar dengan dihias antefik sudut dan antefik tengah yang berhias motif flora. Namun banyak terdapat antefik yang masih polos tanpa motif hias. Bangunan induk memiliki tangga masuk yang diapit pipi tangga polos tanpa motif hias yang biasanya terdapat makara di ujungnya, namun batu-batu bagian tersebut masih polos. Batu-batu bagian tangga sudah tidak lengkap.

Di bangunan candi perwara 1, lokasinya berhadapan dengan bangunan induk atau menghadap timur. Denah bangunan berbentuk persegi panjang memanjang utara-selatan dengan tiga pondasi tangga masuk. Bangunan hanya tersisa bagian fondasi, sedangkan kaki, tubuh, maupun atap sudah tidak ada lagi.

Sedangkan bangunan candi perwara 2 terletak di samping kanan bangunan induk atau di sebelah utara bangunan induk. Tidak ditemukan lagi bagian kaki, tubuh, maupun atap bangunan, sehingga yang tersisa hanya tumpukan batu dan sebuah yoni yang berada di atas pondasi bangunan. Tidak ada motif hias atau dekorasi apapun pada yoni tersebut.

Sementara itu, bangunan candi perwara 3 terletak di samping kiri bangunan induk atau di sebelah selatan bangunan induk. Sama seperti perwara 2, tidak ditemukan lagi bagian kaki, tubuh, maupun atap bangunan, dan hanya menyisakan tumpukan batu di atas pondasi bangunan. Candi perwara 4 berada di belakang bangunan induk, namun butuh penelitian lebih lanjut karena denahnya tidak terlihat.

Baca juga: Candi Sari, Pesona Objek Wisata Tersembunyi di Boyolali

Menurut Rahadhian Prajudi Herwindo dan Fery Wibawa C, dalam Kajian Arsitektur Percandian Petirtaan di Jawa (identifikasi), 2015, Candi Lawang masih satu rangkaian dengan kompleks Candi Sari dan kompleks petirtaan Cabean Kunti. Ketiganya dibangun pada masa pemerintahan Sri Maharaja Rakai Sumba Dyah Wawa Sri Wijayalokanamottungga, raja terakhir Kerajaan Mataram Kuno atau Medang periode Jawa Tengah, yang memerintah dari 924-929 M.

Potensi Wisata

Tak dimungkiri, kompleks Candi Lawang dari sisi keutuhan bentuk memang belum dapat menyamai kemegahan yang terdapat di kompleks candi lainnya. Namun demikian, hal itu justru merupakan tantangan untuk mengangkat potensi Kompleks Candi Lawang dalam konteks ilmu pengetahuan dan aspek potensial lainnya, termasuk di dalamnya potensi wisata budaya dan wisata minat khusus.

Pelestarian dalam bentuk pemugaran perlu segera dilakukan mengingat aspek manfaat berupa lokasi candi yang berada di jalur wisata Solo-Selo-Borobudur (SSB) dan pencegahan kerusakan lebih lanjut karena lingkungan candi yang berada di tengah pemukiman penduduk.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya