SOLOPOS.COM - Ilustrasi media center kantor lembaga pelaksana Pemilu 2014 (JIBI/Solopos/Antara/Andika Wahyu)

Solopos.com, SOLO — Perkembangan pesat teknologi informasi dan komunikasi di Tanah Air membuat pesat demokrasi di Indonesia sehingga demokrasi Indonesia pun menemukan warna baru. Sejumlah tren seperti berfoto selfie dan perbincangan di dunia maya menjadi hal yang menarik disimak.

Pada gelaran pemungutan suara pemilihan anggota lembaga legislatif (caleg) Pemilu 2014 ada sejumlah hal yang cenderung lebih populer di berbagai media. Bukan hanya di media sosial, media massa juga terjangkit virus “Bahasan Terpopuler”. Berikut ini sejumlah hal terpopuler di media seperti dihimpun redaksi Solopos.com, Jumat (11/4/2014).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

 

Dimulai dari foto selfie jari

Foto Selfie Jari Tinta Pemilu

Ilustrasi tinta Pemilu 2014 (Ardiansyah Indra Kumala/JIBI/Solopos)

Ilustrasi tinta Pemilu 2014 (Ardiansyah Indra Kumala/JIBI/Solopos)

Anda mungkin salah satu yang paling sering melihat ini. Foto selfie jari dengan tinta pemilu mewabah di berbagai media sosial, bahkan aplikasi instant messenging seperti Blackberry Messenger (BBM) ataupun Whatsapp.

Berbagai pose jari tangan dengan tinta warna ungu gelap membeludak di Twitter. Sebagian besar mungkin muncul dari pemilih pemula yang gandrung dengan trend foto selfie. Sampai-sampai ada anekdot menggelitik yang menyebut, “Kegiatan ter-mainstream saat ini, foto dengan jari bertinta.”

Kegiatan ini semakin masif karena sejumlah media dan produk-produk tertentu memberi apresiasi bagi mereka yang mengupload foto jari kelingkin dengan tinta ini. Meski begitu, foto selfie jari tinta pemilu patut diapresiasi. Minimal antusiasme itu menjadi hal positif yang mengiringi foto selfie itu.

 

“Jokowi Effect” jadi trending topic

 

“Jokowi Effect” di Situs Berita Online

Ilustrasi Joko Widodo dalam Pemilu 2014 (Dwi Prasetya/JIBI/Bisnis)

Ilustrasi Joko Widodo dalam Pemilu 2014 (Dwi Prasetya/JIBI/Bisnis)

Anda akan sangat familiar dengan kata “Jokowi Effect” di berbagai media online atau bahkan media cetak. Kata ini sempat menghiasi banyak judul berita.

Sejak kedatangannya ke DKI Jakarta sebagai guibernur, mantan wali kota Solo Joko Widodo alias Jokowi memang jadi media darling. Namanya hampir selalu muncul di media massa. Apalagi setelah turun mandat pencapresan oleh dedengkot PDIP Megawati Soekarnoputri, Jokowi seolah jadi menu wajib pemberitaan.

Konon katanya, eks-wali kota Solo itu akan mempengaruhi perolehan suara PDIP secara signifikan dalam pemilihan caleg Pemilu 2014. Sejumlah lembaga survei menyebut PDIP bisa saja mencapai perolehan suara hingga di atas 30% setelah pengusungan Jokowi sebagai Capres.

Nyatanya, hasil survei kandas saat penghitungan cepat berlangsung. PDIP hanya meraih tidak lebih dari presidensial threshold. Jokowi diniliai tidak terlalu berpengaruh untuk perolehan suara PDIP. Sebaliknya, perolehan suara yang signifikan dari PKB malah membuat “Rhoma Irama Effect” dinilai lebih ampuh. Alhasil, kedua “effect” ini tak jarang diperbandingkan oleh sejumlah media massa.

 

“PDIP” juga trending topic

 

“PDIP” di Trending Topic Twitter

Ilustrasi massa PDIP dalam Pemilu 2014 (Burhan Aris Nugraha/JIBI/Solopos)

Ilustrasi massa PDIP dalam Pemilu 2014 (Burhan Aris Nugraha/JIBI/Solopos)

Kombinasi “Jokowi Effect” dan :”PDIP” adalah yang paling sering muncul di media online. Namun jika merujuk pada pencarian di media sosial, maka “PDIP” jauh lebih populer ketimbang kata kunci yang disebutkan pertama.

Mikroblog Twitter jadi saksi. Beberapa saat quick count oleh sejumlah lembaga survei dimulai, kata kunci “PDIP” melesat di jajaran atas trending topic Twitter. Bahkan hingga kini kata kunci ini masih bertengger di urutan tiga besar. Meskipun tidak menjadi bahasan nomor satu, kata kunci ini mondar-mandir dan seolah enggang turung dari tiga besar.

Sebenarnya “PDIP” melesat bukan karena banyaknya perbincangan di kalangan pemilik akun pribadi. Kata ini lebih banyak digunakan oleh situs berita yang memiliki akun Twitter. Banyak media di internet menggunakan judul “PDIP”. Jumlahnya semakin berlipat berkat retweet dari akun pribadi.

Selain media online, simpatisan partai dan fitur auto-retweet juga memberi kontribusi. Maklum saja belakangan partai berlambang banteng moncong putih itu jadi jawara dalam penghitungan cepat Pemilu 2014 ini.

 

Hashtag #AlasanGolput kuasai Twitter

Hashtag #AlasanGolput di Twitter

Ilustrasi seruan anti-Golput yang tak membuahkan hasil karena nyatanya Golput tetaplah pemenang Pemilu 2014 (Ardiansyah Indra Kumala)

Ilustrasi seruan anti-Golput yang tak membuahkan hasil karena nyatanya Golput tetaplah pemenang Pemilu 2014 (Ardiansyah Indra Kumala)



Beberapa saat sebelum pemungutan suara pemilihan anggota lembaga legislatif Pemilu 2014 dimulai, Rabu (9/4/2014) lalu, hashtag #AlasanGolput muncul di trending topic Twitter. Kontras dengan berbagai unggahan jari kelingking bertinta pemilu, hashtag ini terlihat kontra terhadap antusiasme pemilu.

Hashtag ini banyak disuarakan oleh akun yang mengaku tidak menggunakan hak suaranya untuk memilih atau dikenal istilah Golput. Dari twit-twit pengikut hashtag tersebut, banyak komentar yang diunggah dasar sikap mereka memilih golput. Dan tentunya, karena mungkin hanya sekadar ajang santai dan tidak serius, maka twit alasan kenapa memilih golput pun dituliskan dengan jawaban yang beragam dan lucu-lucu.

Akan tetapi dari banyaknya twit dengan jawaban lucu yang diunggah untuk mengikuti hashtag tersebut, namun ada juga yang menjawabnya dengan serius. Berikut ini beberapa tweet yang dapat dikutip:

 “#AlasanGolput kebanyakan calegnya ga bersih, pada males mandi :|,” @dulu_gantenggg

“Bilik suara sempit, gak ada AC dan gak ada kamu :p #AlasanGolput,” @echiiiiiiiii

“Alergi tinta. Kalo jari/bagian tubuh kena tinta kemungkinan hidup cuma 3% #AlasanGolput ikramarki,” @riky_arb13

Takut kertasnya rusak #AlasanGolput,” @faynadeaa

“Poto-poto caleg ndak ade yang selfie #AlasanGolput,” @hanyaracauan

“Saya punya bbrp kenalan caleg yang bukan siapa-siapa dengan gaya: ‘Tunggu nanti kalau gue kepilih, lu bakal hormat ama gue!’. #AlasanGolput,” ?@abangpay



 

Quick Count Paling Dicari di Google

 

Quick Count Paling Dicari di Google

Ilustrasi quick count di Google (Solopos.com)

Ilustrasi quick count di Google (Solopos.com)

Teknologi quick count atau penghitungan cepat saat ini telah menemui puncaknya. Teknik ini sudah sangat dipercaya oleh masyarakat maupun elite politik. Lantas tak heran jika quick count menjadi bahasan paling dicari di berbagai media.

Jika Anda mengakses Google Trends, Anda akan menemukan “quick count 2014” dan “quick count” menjadi dua teratas pencarian sepanjang Rabu (9/4/2014). Menyusul kemudian “Hasil Liga Champions” di peringkat ketiga, “Hasil Pemilu” dan “Hasil quick count” di peringkat selanjutnya.

Menariknya, di peringkat kedelapan ada kata “quick qount” yang merupakan kesalahan pengejaan dari “quick count”. Meski salah kata kunci ini banyak diketik pengguna Google di Indonesia.

Dilansir Kantor Berita Antara, Jumat (11/4/2014) “quick count” menjadi kata kunci yang paling banyak dicari saat pemungutan suara 9 April lalu. Berdasarkan siaran pers Google Indonesia “quick count Pemilu 2014″, “hasil Pemilu 2014” berada di urutan kedua terbanyak dicari pada hari itu.



Dari 15 daftar pencarian teratas, kata kunci seputar Pemilu dan partai politik mendominasi pencarian di Google pada 9 April, seperti “Gerindra, nyoblos“, “PDI Perjuangan”, “Hanura, Wiranto”, dan “Cara mencoblos”. Sementara itu kata “daftar caleg”, “Golkar”, “Surat suara Pemilu 2014, “gambar pemilu”, dan “KPU Pusat” juga masuk ke dalam 15 daftar pencarian teratas.

 



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya