SOLOPOS.COM - Ilustrasi layanan kredit perbankan (Dedi Gunawan/JIBI/Bisnis)

Kredit UMKM tingkat menengah turun.

Harianjogja.com, JOGJA–Tren perlambatan kredit untuk kalangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) masih berlanjut sampai memasuki triwulan IV. Rasio kredit macet UMKM yang tinggi disebut-sebut menjadi penyebabnya.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) DIY, Budi Hanoto mengatakan meskipun relatif stabil pada triwulan III 2017, secara umum pertumbuhan kredit UMKM masih dalam tren melambat. Hal itu ditengarai rasio non performing loan (NPL) atau kredit macet UMKM yang cenderung lebih tinggi dibanding pengusaha besar.

Performa perbankan di DIY secara umum menurutnya sudah bagus. Kendati nilai dana pihak ketiga (DPK) baik untuk tabungan dan deposito menurun, tetapi masih tercatat tumbuh 13,7% pada kuartal ke III 2017 dibandingkan periode sebelumnya. Sementara pertumbuhan kredit yang pada kuartal II 2017 mampu tumbuh 5,69%, pada kuartal III 2017 hanya tumbuh sedikit menjadi 5,70%.

Pertumbuhan kredit yang melambat tersebut membuat loan deposit ratio (LDR) perbankan di Jogja masih belum ideal. “LDR 59 persen. Artinya masyarakat Jogja lebih suka menabung dari pada mengambil kredit. Mungkin karena penduduk Jogja itu calculated risk-nya tinggi dan juga gemi nastiti. Jadi perlu kita dorong [untuk penyerapan kredit], terutama yang disalurkan untuk UMKM,” kata Budi, Minggu (10/12/2017).

Budi mengatakan, saat ini banyak kalangan rumah tangga yang mengajukan kredit, begitu pula dengan korporasi. Namun serapan dari kalangan UMKM masih rendah.

Data perbankan menyebutkan, share kredit dari UMKM turun dari 38,3% menjadi 37,9% pada kuartal III 2017. Penyerapan kredit yang mengalami pertumbuhan adalah dari kalangan usaha mikro, sementara kalangan usaha menengah mengalami penurunan. Jika dilihat dari pangsa kredit UMKM, sektor menengah 15%, kecil 12%, dan mikro 11%.

Berdasarkan Sensus Ekonomi 2016, kata Budi, porsi usaha mikro di DIY mencapai 98,4%. Hal ini perlu dikembangkan mengingat UMKM menjadi salah satu penyumbang terbesar untuk Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) DIY. Salah satu dukungannya dengan mendorong UMKM untuk mengakses kredit guna mengembangkan usahanya.

Kepala Sub Bagian Perizinan Data dan Informasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) DIY, Mochamad Bakri mengatakan, kondisi perbankan di DIY saat ini cenderung didominasi oleh aktivitas menabung dibandingkan melakukan pinjaman. “LDR idealnya 80 sampai 90 persen,” katanya.

LDR yang rendah masih banyak terjadi di bank umum. ,Sementara LDR Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sudah menempati angka ideal karena core bisnis BPR adalah untuk penyaluran kredit, terutama pada kalangan UMKM.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya