SOLOPOS.COM - Sentra Penggilingan Padi milik Perum Bulog yang terletak di wilayah Desa Karangmalang, Kecamatan Masaran, Sragen, siap menyerap gabah milik pertani, Rabu (1/2/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Perum Bulog di Sragen memiliki pabrik penggilingan padi dengan kapasitas tempat penyimpanan atau silo mencapai 6.000 ton. Pabrik yang terletak di wilayah Karangmalang, Kecamatan Masaran, tersebut memiliki mesin pengering berkapasitas 120 ton gabah basah atau gabah kering panen (GKP) per hari. Pabrik tersebut mulai menyerap gabah petani di Soloraya pada Februari ini.

Operation Manager Modern Rice Milling Plant (MRMP) atau Sentra Penggilingan Padi Sragen, Willy Adi purba, menerangkan pabrik ini belum beroperasi penuh karena keterbatasan bahan baku. Pabrik akan beroperasi penuh ketika sudah menyerap gabah petani di Soloraya saat musim panen yang mulai berlangsung pertengahan Februari mendatang atau dua pekan ke depan.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Saat berbincang dengan wartawan, Rabu (1/2/2023), Willy menjelaskan pabrik penggilingan padi ini memilik tiga unit silo berkapasitas 2.000 ton per unit. Silo merupakan struktur yang digunakan untuk menyimpan bahan curah dalam hal ini gabah.

“Kami memiliki mesin pengering GKP itu berkapasitas 120 ton per hari [24 jam]. Dalam proses pengeringan, gabah tersebut kemudian ditransfer ke silo untuk penyimpanan gabah. Penyerapan gabah kami diprioritaskan di Soloraya. Sebenarnya kami sudah mencoba menyerap gabah di Demak dan Bojonegoro, tetapi ongkos transportasinya terlalu tinggi,” jelas Willy.

Pabrik di Masaran ini menempati lahan seluas 21.690 meter persegi dengan luas bangunan sebanyak 5.000 meter persegi.

Dia mengatakan awal Februari ini memang sudah ada yang petani yang panen tetapi harga GKP masih di atas Rp6.000 per kg. Willy harus mempertimbangkan harga pasar ketika menyerap gabah petani di Soloraya.

Dalam penyerapan gabah petani, Willy mengungkapkan ada standar yang menjadi acuan, seperti kadar air maksimal 25% dan kadar hampa 10%. Namun standar itu tak dilakukan secara ketat karena nanti justru tidak dapat barang. “Kami maunya dapat harga yang murah tetapi kualitas barangnya bagus. Beras yang kami terima tidak melulu beras siap masak tetapi produk Bulog itu bisa berupa beras pecah kulit (PK), beras medium, dan beras premium sesuai preferensi pasar,” ujarnya.

Bulog mengundang perwakilan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) untuk diajak sharing dan sosialisasi tentang Sentra Penggilingan Padi Sragen. “Kami juga sudah membuat nota kesepahaman antara Bupati dan Ketua KTNA [Kontak Tani Nelayan Andalan] Sragen. Kerja sama antara kami dengan KTNA itu baru pada kesepahaman bersama tentang jual beli beras, bukan kesepakatan,” katanya.

Selama ini kerjasama Perum Bulog dengan petani itu tidak ada ikatan karena Bulog tidak memberi investasi terlebih dulu. Dia menyebut seperti kerja sama membeli dan menjual. “Poktan yang memiliki gabah tidak harus menjual ke Bulog. Petani bisa menjual gabah ke pihak lain yang lebih menguntungkan, kami tidak masalah,” jelasnya.

Sebelumnya, Ketua KTNA Sragen, Suratno, sudah menandatangani nota kesepahaman atas nama KTNA dengan pimpinan Perum Bulog Surakarta. Dia mengatakan tindak lanjut nota kesepahaman itu mestinya pada panen raya 2023 ini.

“Tetapi harga GKP sekarang tinggi apa Bulog mau? GKP di pasaran itu harganya Rp5.500 per kg dan kalau bagus bisa sampai Rp6.000 per kg. Kalau harga tinggi ini biar dijual petani dulu,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya