SOLOPOS.COM - Polisi Prancis membantu seorang korban yang berlumuran darah dekat Gedung Konser Bataclan, setelah serangan teror Paris, Prancis. (JIBI/Solopos/Reuters)

Serangan teror Paris diyakini mengusung banyak pesan teror dari ISIS. Bukan hanya bagi pemimpin dunia, tapi juga bagi dunia maya.

Solopos.com, JAKARTA — Masih ingat serial horor Friday 13th? Serangan teror di Paris yang membunuh sedikitnya 150 orang, Jumat (13/11/2015) malam waktu setempat, diduga merupakan cara teroris menyebarkan ketakutan terhadap masyarakat luas. Waktu serangan yang bertepatan pada Jumat malam dinilai menjadi salah satu simbol.

Promosi Tanggap Bencana Banjir, BRI Peduli Beri Bantuan bagi Warga Terdampak di Demak

Bagi masyarakat barat, Jumat ke-13 atau Friday 13th adalah hari keramat dan dipercaya banyak terjadi kesialan. Dalam serial Friday 13th yang populer di era 1990-an, momen Jumat ke-13 menjadi waktu yang horor. Baca: Penonton Eagle of Death Metal Tumbang Seperti Kartu Domino.

Hal itu pula yang diduga telah dimanfaatkan oleh kelompok yang menggelar serangan teror di Paris Jumat malam. Menurut, pengamat terorisme dari Universitas Indonesia, Ridwan Habib, ini merupakan cara pelaku untuk menghina mitos barat itu.

Ekspedisi Mudik 2024

“Jika benar ini dilakukan oleh ISIS, ya ini untuk menyebar ketakutan. ISIS menggunakan momen mitos Friday 13th atau Jumat hitam ini untuk menghina kepercayaan orang barat ini,” kata Ridwan dalam dialog di Prime Time News Metro TV, Sabtu (14/11/2015) malam.

“Korban-korban mentweet bahwa teman-teman mereka dibunuh dengan kalem, tenang. Ini terlatih, koordinatif, taktis, ini disiapkan sejak lama.”

Menurut Ridwan Habib, serangan ini memang tidak menyasar pimpinan negara sekelas presiden. Meskipun dalam serangan di Stade de France saat pertandingan Prancis vs Jerman berlangsung ada Presiden Francois Hollande, teroris tak menjadikannya sebagai target.

“Bukan presiden, tapi kepanikan masyarakat. Bayangkan jika kita sedang di kafe tiba-tiba ada tembakan, menonton bola tiba-tiba ada bom dan harus dievakuasi, lagi makan, nonton musik, lalu ada tembakan, lalu jadi viral di Internet. Ini tujuan mereka,” terangnya menganalisis.

Tentu saja, kata dia, teror ini memang terkait dengan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang segera digelar di Turki. Serangan ini tepat terjadi beberapa hari sebelum KTT digelar. ISIS diyakini sangat berkepentingan untuk menggagalkan KTT yang dihadiri negara-negara besar itu.

“Apalagi KTT G20 ini mengagendakan membahas mekanisme negara-negara besar menghadapi ISIS. Mereka ingin menggagalkan itu dengan menyebarkan rasa takut. Tapi syukur pimpinan negara-negara besar menyatakan tetap datang ke sana, termasuk Presiden Jokowi.”

Ridwan juga meyakini serangan ini telah dipersiapkan secara matang. Selain efeknya yang sudah terukur, target mereka saat ini telah tercapai, yaitu menyebarkan teror melalui media sosial. Seperti diketahui, setelah teror di Paris pecah, ketakutan menjadi viral di media sosial yang menyebar dengan cepat.

Pelaku juga telah memperhitungkan dengan matang sehingga bisa lolos dari pantauan intelijen Prancis. Pihak keamanan setempat dinilai lengah karena menganggap setelah teror Charlie Hebdo, tak ada serangan lagi tahun ini. Tapi ternyata salah.

“Korban-korban mentweet bahwa teman-teman mereka dibunuh dengan kalem, tenang. Ini terlatih, koordinatif, taktis, ini disiapkan sejak lama.” Sel-sel pendukung ISIS di seluruh dunia diyakini sedang berpesta sekaligus mengirim pesan sel mana lagi yang akan mengikuti jejak rekan mereka di Paris.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya