SOLOPOS.COM - Jaring untuk mencegah serangan monyet ekor panjang (JIBI/Harian Jogja/Kusnul Isti Qomah)

Serangan kera Merapi kembali mengancam lahan pertanian dan permukiman di Selo dan Cepogo, Boyolali.

Solopos.com, BOYOLALI — Serangan hama kera di lahan pertanian milik warga Selo dan Cepogo tak kunjung reda. Kera bahkan berani mendekati perkampungan dan mencuri hasil panen petani yang disimpan di rumah-rumah.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Di satu sisi, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan (Dispertanbunhut) meminta Balai Taman Nasional Gunung Merapi dan Merbabu segera menghijaukan kembali kawan hutan agar serangan kera ke lahan pertanian bisa berkurang. Belum lama ini, Kepala Dispertanbunhut, Bambang Purwadi, menjelaskan hutan di Gunung Merapi dan Merbabu saat gundul akibat erupsi beberapa tahun lalu.

Saat ini, kawanan kera dari Gunung Merapi telah berpindah habitat ke lahan pertanian penduduk. Kondisi ini menjadi masalah utama petani sayur di kawasan pegunungan. “Kami berharap Balai Taman Nasional Gunung Merapi dan Merbabu menghijaukan kembali kawasan hutan gunung Merapi dan Merbabu agar kera bisa kembali ke habitat aslinya,” kata Bambang.

Sementara itu, salah seorang petani asal Dusun Gebyog, Desa Samiran, Kecamatan Selo, Ngatini, 40, menyampaikan saat ini petani masih dihantui serangan kera. “Hasil panen wortel saya sudah banyak yang rusak karena dimakan kera,” kata Ngatini, akhir pekan lalu.

Menurut dia, petani sudah mengantisipasi serangan kera ini dengan memasang jaring-jaring di sekitar areal kebun sayur. “Enggak bisa ke lahan biasanya kera ke perkampungan mengambil hasil panen,” kata dia. Tak sedikit pula kera yang berhasil merusak jaring dan menerobos masuk ke lahan petani.

Senada disampaikan petani lain di desa setempat, Sumadi, 50. Petani sayuran itu kerap merugi karena sayur siap panen biasanya dirusak kera. “Daun sayuran disobek, kadang sama pohonnya dicabuti sekalian.” Menurut dia, kera bisa merusak tanaman wortel dan kubis. Dengan kondisi ini sayuran hasil panen menjadi tidak layak jual.
“Kami sampai bingung bagaimana agar kera-kera itu tidak datang ke lahan kami. Kalau hanya diusir, pasti mereka datang lagi. Kalau dibunuh jelas tidak mungkin.” Menurutnya, kera-kera yang berasal dari Gunung Merapi itu sangat sulit dikendalikan. Bahkan, kata dia, di ladang yang berlokasi di lereng gunung, jumlah kera yang masuk ke lahan petani sangat banyak.
Berdasar catatan Espos, serangan kera di wilayah Selo ini tidak hanya terjadi di Desa Samiran melainkan Desa Suroteleng. Selain itu, petani Desa Wonopedut, Kecamatan Cepogo juga selalu waspada dengan serangan kera.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya