SOLOPOS.COM - Pemudik di Stasiun Balapan, Jumat (17/8/2012). (FOTO: Adib Muttaqin Asfar/JIBI/SOLOPOS)

Pemudik di Stasiun Balapan, Jumat (17/8/2012). (FOTO: Adib Muttaqin Asfar/JIBI/SOLOPOS)

Liburan Lebaran identik dengan pulang kampung. Namun ada juga tidak melakukannya dan lebih memilih menetap di asrama atau rumah di perantauan saat hari raya.

Promosi Klaster Usaha Rumput Laut Kampung Pogo, UMKM Binaan BRI di Sulawesi Selatan

“Saya tetap pulang kampung, tapi nanti setelah Lebaran,” ujar Ahmad Fauzi, pemuda yang mondok di Pesantran Al Muttaqien Pancasila Sakti, Klaten, pekan lalu.

Tak seperti para pemuda seusianya, pemuda 22 tahun ini memang memilih untuk menunda kepulangannya ke kampung halamannya di Banyumas. Meskipun tidak pulang, dia tidak menganggur karena justru ada banyak hal yang harus dikerjakan. Salah satunya adalah mengurus asrama dan pesantren selama ditinggal pergi oleh sebagian besar siswa atau santri yang pulang kampung. Di banyak pesantren, ada beberapa santri senior yang sengaja tinggal untuk mengurus pondok selama liburan. “Ini sudah banyak siswa yang pulang.”

Begitu pula dengan di kampus-kampus. Di saat ribuan mahasiswa berbondong-bondong mencari tiket bus, kereta dan pesawat menuju daerah asal masing-masing, ada sedikit mahasiswa yang memutuskan untuk tidak pulang. “Ada kok yang tidak pulang, misalnya teman-teman yang lagi skripsi. Selain itu paling-paling besok hari terakhir ada mahasiswa di sini,” kata Ady Nugroho, mahasiswa Manajemen FE UMS asal Bekasi, Rabu (15/8) malam.

Malam itu Ady masih terlihat di kampusnya untuk mengurus unit kegiatan mahasiwa yang dipimpinnya. Nyaris tidak ada orang di sekitarnya karena sebagian besar rekannya sudah berada di rumah masing-masing. Biasanya dia ikut pulang kampung seperti yang lainnya, tapi tidak dengan tahun ini. “Biasanya sih pulang ke Bekasi karena keluarga dan kerabat di sana semua. Tapi tahun ini tidak mudik karena ayah saya mau ke sini,” ujarnya.

Sebenarnya Ady pun masih memendam keinginan untuk mudik karena di sini sudah semakin sepi. Semakin dekat dengan perayaan Idul Fitri makin sedikit temannya yang terlihat di Solo, apalagi di kampus. Karena itu selama libur Lebaran ini, Ady justru merasa kesepian. “Akhirnya saya lebih banyak berdiam di kamar. Seharian di depan laptop, terus tidur sampai sore. Ya lebih sering seperti itu.”

Tapi hal ini justru membuatnya jadi produktif. Untuk mengisi waktu luangnya, Ady menyempatkan diri memulai bisnis clothing kecil-kecilan bersama dua orang rekannya. Dengan modal sebuah komputer di kamarnya, dia mendesain sendiri kaos dan t-shirt.  Kaos-kaos itu kemudian digarap bersama oleh sebuah usaha konveksi kaos milik temannya. “Saya kirim ke Surabaya, kebetulan ada teman yang buka stand di ekspo indie clothing di sana, saya nitip barang dan ikut ke sana.”

Hasilnya pun lumayan karena dia mampu meraih untung dari bisnis kaos pertamanya tersebut. Jadi meskipun tidak pulang kampung, dia mendapatkan sesuatu yang berguna. Setidaknya dari sisi materi, tahun ini lebih baik dari pada sebelumnya saat harus pulang menghabiskan Rp300.000-an buat biaya perjalanan. Namun jika disuruh memilih, dia tetap ingin pulang kampung tahun depan. “Tahun depan sih pilih mudik saja, soalnya sudah ngerasain sepinya di Solo tanpa ada teman.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya