SOLOPOS.COM - Bus bumel Solo-Wonogiri PO Raya ngetem di Terminal Pracimantoro, Selasa (28/6/2022). (Solopos.com/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI Kisah tragis dialami awak bus bumel trayek Solo-Wonogiri. Di tengah kondisi yang semakin memprihatinkan karena sepinya penumpang, mereka tetap harus menghasilkan uang untuk setoran sebesar Rp1 juta per hari.

Sejak 2005-2010, pamor bus tersebut mulai memudar dan nyaris menghilang sejak tersebarnya wabah pandemi Covid-19. Hal ini menyebabkan sejumlah perusahaan otobus (PO) yang melayani trayek tersebut gulung tikar.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

PO Raya merupakan salah satu yang masih bertahan melayani penumpang di jalur tersebut. Kami menemui tigra kru bus PO Raya yang masih setia melayani penumpang pada Selasa (28/6/2022). Mereka adalah Suparno alias Nano sebagai sopir, Mulyanto, dan Agus selaku kondektur.

Perusahaan otobus (PO) yang mempekerjakan mereka hanya berani mengoperasionalkan dua bus dari sembilan yang tersedia. Hal itu terjadi sejak virus Covid-19 mewabah di Indonesia.

Bus bumel rute Solo-Wonogiri itu melaju dengan kecepatan sedang. Berharap ada penumpang lain yang turut naik. Dari Gudang Seng ke Pracimantoro, tidak lebih dari 15 orang yang menaiki bus keluaran tahun 2004 tersebut. Padahal kursi bus tersebut berjumlah 56 model dua-tiga.

Baca juga: Bus Bumel Solo-Wonogiri Pernah Jaya, Kini: Hidup Segan Mati Tak Mau

“Ya seperti ini keadaan setiap hari. Penumpangnya sepi. Apalagi sejak ada pandemi Covid-19. Semua jadi kacau. Bayangkan saja, dari sembilan bus yang ada, kami hanya menjalankan dua bus. Semua PO bus mengalami hal serupa. Tidak hanya kami,” kata Mulyanto kondektur PO Raya.

Jumlah Setoran

Pengurangan armada bus bumel Solo-Wonogiri tersebut mengakibatkan permasalahan pada karyawan. Jumlah kru bus PO Raya sedikitnya 27 orang. Setiap bus berisi tiga orang, terdiri dari Sopir dan dua kondektur.

Dengan hanya dua bus yang beroperasi, mereka harus bergantian bertugas. Misalnya, setiap satu pekan sekali, mereka harus bergantian mengoperasikan bus. Keadaan tersebut tidak bisa dihindari agar para kru bus tetap memiliki pendapatan.

Berbekal keadaan yang masih seperti sekarang ini, pendapatan yang mereka dapatkan tidak sebanding dengan risiko yang diperoleh di jalan. Dalam sehari, satu bus harus menghasilkan minimal Rp1 juta.

Nominal tersebut belum termasuk upah sopir dan kondektur. Sebaliknya, jumlah tersebut hanya cukup membeli solar dan setoran kepada pemilik PO. Dalam sehari, bus bumel Wonogiri-Pracimantoro harus mengeluarkan Rp400.000 untuk pembelian solar.

Baca Juga: Deretan Bus Sejuta Umat di Jateng, Meski Bumel Tetap Dicinta

Jumlah setoran yang harus diberikan kepada bos atau juragan bus bumel Solo-Wonogiri, paling sedikit Rp750.000 per hari. Sisa Rp350.000 untuk biaya operasional di jalan, seperti makan, rokok, dan membayar retribusi terminal.

“Kadang kami harus mengalah tidak dapat bagian [upah] karena memang penumpangnya sepi,” ungkap Mulyanto sembari menunggu penumpang naik dari Pracimantoro-Solo.

Tarif Bus Trayek Solo-Pracimantoro

Tarif bus bumel trayek Solo-Pracimantoro Wonogiri saat ini senilai Rp30.000/orang. Tarif itu naik Rp10.000 sejak pandemi Covid-19. Kenaikan tarif dilakukan agar mereka bisa menutup biaya operasional karena sepinya penumpang.

Kendati demikian, banyak penumpang yang tetap membayar tarif lama. Bahkan tidak jarang membayar di bawah Rp20.000. Terlebih, para pegawai yang melaju kerap membayar separuh harga yang telah ditentukan.

“Malahan tidak jarang para penumpang hanya membayar Rp7.000-Rp10.000. Padahal mereka pegawai. Saya kalau mau minta lebih, ya pekewuh karena mereka setiap hari naik. Kalau tarifnya dinaikkan mereka protes,” jelas pria yang sudah menjadi kondektur belasan tahun itu.

Baca Juga: “Digasak” Bus Patas Surabaya-Jogja, Bumel Solo-Jogja Tiarap

Alhasil, penghasilan para kru bus bumel Solo-Wonogiri iru kerap tidak dapat menutup biaya operasional. Keadaan itu diperparah dengan banyaknya masyarakat yang beralih ke moda transportasi pribadi, sepeda motor dibandingkan transportasi umum.

Mulyanto dan kru bus lain bekerja hampir dua belas jam sehari. Mereka berangkat pukul 04.00 WIB dan pulang pukul 15.00 WIB.

Bus yang mereka bawa hanya melayani rute Wonogiri-Pracimantoro, Pracimantoro-Solo, Solo-Pracimantoro, dan Pracimantoro-Wonogiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya