SOLOPOS.COM - Kios toko buku Rahma, pelopor penjualan buku online di Busri. Foto diambil Senin (13/12/2021). (Solopos.com/Chelin Indra Sushmita)

Solopos.com, SOLO – Penjualan buku di deretan kios legendaris di belakang Taman Sriwedari, Kota Solo, Jawa Tengah, semakin lesu. Sejumlah pedagang mengakui penurunan penjualan terjadi selama 10 tahun terakhir.

Kondisi tersebut semakin memprihatinkan akibat pandemi Covid-19 yang merebak selama dua tahun ini. Berdasarkan pantauan Solopos.com, tak lebih dari 10 orang yang mampir, kemudian kembali pergi saat buku yang mereka cari tidak ketemu atau tidak cocok harganya.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

“Ya paling begitu, ada satu dua orang datang, tanya buku. Kalau enggak cocok ya sudah,” kata Sarwono, 51, pegawai di Toko Buku Sinar di belakang Sriwedari, saat berbincang dengan Solopos.com, Senin (13/12/2021).

Baca Juga: Dulu Jadi Primadona, Kios Buku Legendaris Mburi Sriwedari Solo Kini Sepi

Walaupun kini penjualan buku semakin lesu, Sarwono tidak pernah putus asa. “Meskipun sepi, tapi Insya Allah setiap hari tetap ada yang terjual. Ini rezeki, rahasia Ilahi. Sedikit atau banyak alhamdulillah tetap disyukuri,” katanya sambil tersenyum.

Belakangan ini Sarwono dan sejumlah pedagang buku lain di kios Busri mulai merambah perdagangan secara daring. Mereka memanfaatkan situs marketplace seperti Shopee maupun Tokopedia untuk menawarkan dagangan. Akan tetapi, hasilnya pun dirasa belum maksimal.

Salah satu pelopor jual beli buku online adalah Toko Buku Rahma. Zainul, 53, pegawai di Toko Buku Rahma menceritakan awal mula merintis usaha jual beli online sejak 2010 melalui blog dan situs web berbayar.

Baca Juga: Teh Racikan Khas Solo Juga Dijual di Market Place, Segini Harganya

“Sini pelopor, babat alas jualan buku online. Dulu tahun 2010 awalnya orang masih takut-takut untuk beli online. Tapi semakin ke sini pasarnya semakin terbentuk dan justru cukup laris, walaupun tidak seperti penjualan di tahun 2006 dulu,” tutur dia.

Selain Zainul, belum banyak pedagang lain yang menjajal usaha jual beli buku online. Sebagian pedagang masih menggantungkan nasib dari berjualan di kios yang kini semakin sepi.

“Di sini [TB Sinar] juga ada usaha di marketplace, tapi memang jarang digunakan. Biasanya kalau online cuma lewat WhatsApp saja. Tapi kan yang begitu enggak bisa disebut online,” kelakar Sarwono.

Baca Juga: Kuasa Hukum Bersikukuh Lahan Sriwedari Solo Tetap Milik Ahli Waris

Sarwono pun tidak berharap banyak dari penjualan buku online yang belum maksimal. Tidak seperti Zainul yang sangat mengedepankan penjualan online di marketplace. Momen hari belanja online nasional (Harbolnas) dan promosi gratis ongkir menjadi berkah bagi dirinya.

“Harbolnas sama promo gratis ongkir itu membantu sekali meningkatkan penjualan. Kalau rata-rata harian tanpa ada momen begitu, biasanya kirim 5-7 buku saja,” sambung Zainul.

Diberitakan sebelumnya, Sekretaris Paguyuban Pedagang Buku Belakang Sriwedari, Purwadi, mengatakan, saat ini ada 63 pedagang aktif dari 97 total kios. Separuh darinya berupaya mengikuti perkembangan dengan buka lapak online.

Baca Juga: Enggan Menutup Toko Buku di Kabul demi Melestarikan Sejarah

Lainnya, pasrah dengan keadaan. Padahal pusat jualan buku yang bertahan hampir tiga dekade ini sempat jadi primadona karena menjual barang dengan harga miring.

“Apalagi pandemi ini. Mau digenjot bagaimanapun, penjualannya akan seperti ini [sepi]. Yang bisa kami lakukan ya ikut jualan online di marketplace. Kalau nunggu pembelian offline, agak susah,” keluhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya