SOLOPOS.COM - Sejumlah pedagang Pasar Ir Soekarno pindah berjualan ke luar pasar lantaran sepi pembeli, Jumat (15/1/2021). (Solopos/Bony Eko Wicaksono)

Solopos.com, SUKOHARJO -- Sejumlah pedagang Pasar Ir Soekarno Sukoharjo nekat memindahkan barang dagangan dan berjualan di luar pasar. Hal itu lantaran minimya jumlah pembeli yang masuk pasar selama pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).

Omzet penjualan para pedagang merosot tajam lantaran minimnya pembeli yang berbelanja kebutuhan pokok. Pantauan Solopos.com, Jumat (15/1/2021), sejumlah pedagang menutup kios dan los pasar.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Sementara hanya ada beberapa pengunjung yang hilir mudik melewati lorong pasar. Kondisi pasar terbesar Sukoharjo itu sudah sepi sejak para pedagang pindah dari pasar darurat ke bangunan baru pasar awal 2015 lalu.

Pelonggaran Jam Buka Saja Tidak Cukup, Pelaku Usaha Kuliner Sukoharjo Minta Ini

Ekspedisi Mudik 2024

Masyarakat memilih berbelanja kebutuhan pokok di luar pasar. Tak ayal, penghasilan para pedagang di dalam Pasar Ir Soekarno Sukoharjo merosot tajam.

Kondisi ini diperparah dengan kebijakan pembatasan kegiatan masyarakat yang berdampak langsung pada merosotnya omzet penjualan para pedagang.

Omzet Menurun

Jumlah pengunjung pasar jauh lebih sedikit daripada hari-hari biasa. Akhirnya, beberapa pedagang yang berjualan dalam pasar nekat berpindah lokasi jualan ke luar pasar agar barang dagangan mereka laku terjual.

Viral Setelah Ribut Dengan Bupati Sukoharjo, Pasutri Bakul Satai Ini Senang Keluhannya Didengar

“Saya setiap hari berjualan ayam potong dalam pasar. Lantaran omzet penjualan anjlok, saya memindahkan lapak dagangan keluar pasar. Masyarakat lebih memilih berbelanja di luar pasar,” kata seorang pedagang ayam potong Pasar Ir Soekarno Sukoharjo, Sumarsono, saat berbincang dengan Solopos.com, Jumat.

Sumarsono mengaku omzet penjualan ayam potong turun sejak awal pandemi Covid-19. Kala itu, sebagian masyarakat beraktivitas dalam rumah atau work from home (WFH).

Mereka takut terpapar Covid-19 jika beraktivitas dan berinteraksi dengan orang lain saat keluar rumah. Kondisi ini berimplikasi pada anjloknya omzet penjualan setiap hari.

PSBB Sukoharjo: Lapangan Desa Pun Ikut Ditutup Untuk Hindari Kerumunan

Kondisi serupa terjadi kepada pedagang selama lima hari penerapan PPKM yang mengakibatkan minimnya pembeli yang datang ke Pasar Ir Soekarno Sukoharjo.

Cepat Laku

“Omzet penjualan turun hampir separuh karena tak ada pembeli. Lapak dagangan saya pindah ke pinggir jalan agar cepat laku. Urusan perut sangat sensitif, pemerintah juga harus memikirkan kelangsungan hidup pedagang,” ujarnya.

Seorang pedagang kebutuhan pokok lainnya, Yuna, mengalami kondisi serupa. Ia menjual komoditas pangan seperti bawang putih, bawang merah, dan telur ayam.

Layani Pasien Covid-19 OTG Hingga Bergejala, Ini Fasilitas RS Lapangan Vastenburg Solo

Omzet penjualan kembali menggeliat setelah pemerintah membuka aktivitas usaha dan bisnis pada pertengahan 2020.  Saat itu, omzet penjualan kebutuhan pokok bisa mencapai Rp800.000/hari.

Kini, Yuna hanya bisa mengantongi uang maksimal Rp200.000/hari-Rp300.000/hari. “Kehidupan pedagang sebelum pembatasan kegiatan masyarakat sudah berat. Kini semakin berat karena sepinya pembeli,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya