SOLOPOS.COM - Pengendara motor dan mobil melintasi Pose In Hotel di Jalan Monginsidi, Solo, Selasa (3/7/2012). Hotel bintang 2 plus tersebut memiliki 56 kamar, dua ruang meeting, dua restoran dan sebuah coffee lounge yang direncanakan buka 24 jam. (Burhan A/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO—Low season membuat pebisnis di dunia perhotelan di Solo melakukan perang tarif. Mereka beramai-ramai menurunkan tarif menginap di Januari-Februari.

Awal tahun memang menjadi masa sulit bagi bisnis perhotelan karena minim agenda, mengingat selama ini perhotelan di Solo masih mengandalkan agenda MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Hotel Manager Fave Adisucipto, Mochammad Muchlis, mengatakan pada kuartal pertama biasanya low season. Oleh karena itu, pihaknya pun ikut menurunkan tarif. Namun diakuinya penurunan tidak signifikan dan masih di batas bawah tarif hotel bintang dua.

“Kami menurunkan harga tapi tidak terlalu dipaksakan [turun sekali] karena nanti filosofi smart budget hotelnya hilang kalau tarif turun drastis,” kata Muchlis kepada wartawan, Sabtu (18/1/2014).

Dia menjelaskan saat okupansi tinggi, publish rate senilai Rp838.000. Namun saat low season seperti saat ini pihaknya mengacu pada rack rate senilai Rp388.000 dan paling rendah Rp368.000. Tapi untuk grup menurut dia, harganya bisa lebih rendah.

Selain itu, dengan low season ini dia mengaku lebih fleksibel dalam lama menginap, seperti apabila cek in pada pukul 12.00 WIB, saat keluar bisa lebih dari pukul 12.00 WIB. Hal ini karena tamu yang datang terbatas sehingga penggunaan kamar tidak dibutuhkan segera.

Menurut dia, yang terpenting di saat low season seperti ini adalah tamu menginap terlebih dahulu. Mengingat pendapatan budget hotel paling banyak dari penjualan room.

Dia mengaku okupansi saat ini sebanyak 40% yang didominasi grup, free individual traveler (FIT), dan travel. General Manager Pose In Hotel, M.S.U. Adji, menuturkan perang harga merupakan hal yang tidak bisa dihindari. Pasalnya ketika hotel bintang lima atau empat menurunkan harga, dipastikan bintang dibawahnya akan ikut menurunkan harga.

Dia mengaku, saat ini menurunkan tarif menjadi Rp250.000 dari Rp500.000. Namun diakuinya penurunan tarif tidak dapat menyelesaikan masalah (okupansi sepi). Hal ini karena meski harga sudah turun, okupansi masih tetap berada di bawah 50%. Menurut dia, city okupansi pada Januari ini hanya 30%.

Menurut dia, yang harus dikembangkan adalah strategi dengan memaksimalkan marketing. Menurut dia, bidang marketing harus cepat tanggap dengan situasi yang ada dengan mencari agenda pada bulan selanjutnya untuk dijual kepada calon tamu.

“Selama low season ini juga kami manfaatkan untuk melakukan pengembangan hotel dengan menambah kamar dan fasilitas,” tutur Adji.

Dia menjelaskan saat ini pihaknya sedang membangun 40 kamar, meeting room dan kolam renang. Kamar yang dibangun saat ini adalah kamar standar, sehingga total nantinya adalah 96 kamar sedangkan meeting room mampu menampung 200 orang.

Adji mengatakan penambahan fasilitas tersebut akan dioperasikan pada Juni sehingga mampu menampung lebih banyak tamu saat peak season.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya