SOLOPOS.COM - Ilustrasi media online (Freepik)

Solopos.com, SOLO — Banyak faktor yang menyebabkan berita clickbait merebak, terutama di dunia media online Indonesia saat ini. Mulai dari masalah pendapatan hingga soal tingkat literasi masyarakat yang terbatas.

Pemimpin Redaksi Solopos Media Group (SMG), Rini Yustiningsih, menyebutkan pertumbuhan media online saat ini terjadi hampir di semua wilayah di Indonesia. Bahkan menurutnya di suatu kabupaten atau kota saja sudah ada 100 hingga 150 wartawan dari media yang berbeda-beda.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Menurutnya kondisi itu terjadi karena saat ini membuat media sangatlah gampang. Bermodal domain dan nama yang meyakinkan, maka sudah jadi.

“Itu tantangan kami [publisher] karena dulu kami mengurus media itu tidak mudah,” kata dia dalam Webinar Hari Pers Nasional 2023: Industri Media di Tengah Tren Clickbait, yang digelar Solopos Media Group (SMG) dan disiarkan di Youtube Espos Live, Senin (6/2/2023).

Bahkan jika merujuk pada data yang ada di Dewan Pers, hanya ada sekitar 400 media terverifikasi. Sementara dari Kementerian Kominfo menyebutkan ada sekitar 43.000 media online saat ini.

Persoalan lain adalah terkait kondisi masyarakat Indonesia yang belum bisa membedakan antara konten jurnalistik dan yang tidak.

“Artinya ada masalah di literasi. Apa-apa yang tayang di media onlie diangapnya berita. Padahal kalau bicara kaedah jurnalistik, tidak semua informasi itu adalah berita,” jelas dia.

Menjamurnya media online juga dimanfaatkan beberapa agensi semacam iklan digital. Dulunya media-media online mencari passive income dengan menampilkan berita di website, lalu pengunjung website akan membacanya. Setelah itu pendapatan akan masauk ke media tersebut.

“Sekarang istilahnya jad programmatic. Sekarang bantuk iklan di media online banyak yang menyaru seperti berita,” kata dia. Dimana konten tersebut menampilkan informasi yang belum tentu benar.

Dia mencontohkan, adanya konten iklan yang menyerupai berita tentang adanya seorang siswi SMA berhasil menemukan obat penurun berat badan, dimana dalam satu minggu bisa menurunkan 7 kg berat badan.

“Orang yang tidak tahu model ini, tahunya itu berita. Padahal kalau diklik ujung-ujungnya jualan obat pelangsing. Celakanya lagi yang seperti itu belum tentu benar isinya,” lanjut dia.

Jika sekarang banyak media yang menggunakannya, salah satunya untuk mendongkrak traffic pengunjung agar bisa mendapat uang. Atau bisa juga media tersebut menggunakan cara itu untuk mendapatkan iklan-iklan organic yang lain di luar programmatic.

Ketika muncul orientasi untuk mendatangkan duit dengan mudah, akhirnya dalam membuat konten pun dilakukan dengan cara semudah mungkin. Dengan judul clickbait yang arahnya justru jadi membodohi pembaca.

“Celakanya, masyarakat ketika membaca konten yang diunggah, hanya membaca judul dan melihat foto saja tanpa membaca isinya. Jadinya ini seperti lingkaran setan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya