SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/Dok)

Harianjogja.com, JOGJA—Para kusir andong berharap ada keberpihakan dari pemerintah daerah untuk memberikan keleluasaan beroperasinya moda tranportasi tradisional.

Ponijo,38 pengurus Paguyuban Andong Langen Mulyo mengungkapkan sejak ada layanan transportasi massal Trans Jogja pada 2008 lalu penghasilan kusir andong berkurang drastis. Penghasilan itu, katanya, kian berkurang setelah ada becak motor (betor).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Banyak penumpang milih betor atau Trans Jogja karena lebih murah dan lebih cepat,” ujarnya kepada Harian Jogja, Selasa (23/9/2014).

Untuk sekali naik, ia mengungkapkan, tarif andong berkisar Rp40.000- Rp50.000, bahkan saat liburan bisa mencapai Rp70.000. Sedangkan Trans Jogja hanya Rp3.000.

Ekspedisi Mudik 2024

Ia bersama 30 anggota paguyubannya biasa mangkal di jalur lambat Malioboro. Menurut dia, di Malioboro sekarang ini setidaknya ada 16 paguyuban yang rata-rata jumlahnya sekitar 30-40 andong. “Asalkan punya kartu anggota bisa masuk Malioboro,” katanya.

Ponijo mengatakan, saat ini kusir andong hanya bisa mengandalkan penumpangnya dari wisatawan saja. Itupun dengan rute yang menciut.

Dulu andong bisa mengantar wisatawan sampai Kebun Binatang dan bahkan Kotagede, tapi sekarang hanya berputar ke Kraton, Pasar Ngasem dan kembali lagi ke Malioboro.

Kusir andong, menurut dia, mengeluhkan macetnya jalur lambat di Malioboro, karena ada saja kendaraan bermotor yang nekat lawan arah ke utara sehingga menghambat laju andong.

Belum lagi melubernya parkir kendaraan di Malioboro juga menjadi masalah buat andong. “Apalagi lahan parkir berdekatan dengan malioboro, sehingga ketika banyak yang keluar masuk bikin macet,” keluhnya.

Mugiharjo, 30, kusir andong lainnya bahkan belum lama ini andongnya ditabrak sepeda motor ketika melintas di perempatan Gerjen, Kauman.

Saat jalan menanjak di perempatan itu, ia sudah berusaha memelankan laju andongnya dari selatan. Tapi sepeda motor dari timur dengan kecepatan tinggi menjatuhkan kudanya.

Kendati begitu ia mengaku pasrah dengan pemerintah daerah untuk mempertahankan nasib kusir andong.

Tergusurnya andong sebagai moda transportasi tradisional ini sebelumnya semakin dikhawatirkan dengan rencana pengembangan Kereta Trem. Pemerintah Daerah DIY berencana menggunakan dana keistimewan membuat zonasi jalur lintas andong.

Arif Noor Hartanto, Wakil Ketua Dewan DIY sementara menyarankan agar Pemda tetap menjaga kelestarian andong beserta becak sebagai ikon kota wisata. Ia setuju jika pengembangan tranportasi massal kereta trem untuk mengurangi jumlah kendaraan bermotor.

“Tapi kalau kemudian mengurangi jalan darat untuk andong, becak, sepeda saya tidak setuju,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya