SOLOPOS.COM - MENGENANG PEMIMPIN -- Para staf Kedutaan Besar Korea Utara di Jakarta terlihat bersedih seraya memandang foto-foto Kim Jong-il yang dipajang di dinding luar kantor mereka, Senin (19/12/2011). (JIBI/SOLOPOS/Reuters)

BERSEDIH -- Warga Pyongyang, Korea Utara, bersedih setelah berita kematian pemimpin mereka, Kim Jong-il, disiarkan secara luas, Senin (19/12/2011). (JIBI/SOLOPOS/Reuters)

JAKARTA – Sejumlah pengamat internasional menilai kondisi Korea Utara cukup rawan sepeninggal pemimpin mereka, Kim Jong-il. Direktur Program Pascasarjana Universitas Paramadina, Dinna Wisnu PhD, berpendapat, setelah kematian Kim Jong-il, pemimpin Korea Utara akan cenderung lemah, sehingga penetrasi asing akan masuk. “China akan sigap menjaga Korea Selatan dan Asia Timur tak bertentangan dengan China,” katanya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Menurut Dinna, Korea Utara akan menjadi medan ketegangan baru China dengan Amerika Serikat. Pyongyang memiliki kedekatan dengan China. Kedua negara dengan perbatasan bersama cukup luas itu telah menandatangani kesepakatan ideologis. Pada saat sama, katanya, Korea Selatan dan Jepang sudah mulai beraksi mengupayakan Korea Utara menjadi bagian semenanjung Korea.

Dosen Diplomasi Ekonomi Program Pascasarjana Hubungan Internasional Universitas Indonesia, Tirta Mursitama PhD, mengatakan bahwa kematian pemimpin Korea Utara dalam kaitan hubungan internasional dapat dimaknai dua hal. Pertama, simbol tersisa perlawanan terhadap Barat di kawasan Asia, bahkan dunia, telah tiada. Secara moral, itu mengurangi kekuatan perlawanan Korea Utara atas Barat dan mitranya. Kemungkinan pandangan dunia adalah menganggap kekuatan Korea Utara telah habis dengan meninggalnya Kim Jong-il atau setidak-tidaknya akan terjadi perubahan strategi Korea Utara menjadi lebih lunak dan kompromistis, katanya. “Namun, masih terlalu dini menyimpulkan sampai tataran itu mengingat kita belum mengetahui secara pasti langkah sosok penggantinya,” katanya.

Kedua, konsekuensi dari hal pertama, strategi Barat dan konstelasi kekuatan melawan Korea Utara tentu akan berubah. Mereka dapat menerapkan strategi menekan lebih keras, sehingga membuat Korea Utara mau lebih berkompromi. Bagi kawasan Asia, kata Tirta, seiring dengan pandangan pertama, kemungkinan menjadi kawasan lebih stabil dengan kemauan bekerja sama akan lebih besar. Negara kawasan Asia harus lebih proaktif mendekati pemimpin baru Korea Utara dan menjajaki kemungkinan kerja sama untuk Asia, yang lebih aman dan damai.

MENGENANG PEMIMPIN -- Para staf Kedutaan Besar Korea Utara di Jakarta terlihat bersedih seraya memandang foto-foto Kim Jong-il yang dipajang di dinding luar kantor mereka, Senin (19/12/2011). (JIBI/SOLOPOS/Reuters)

Sedangkan Direktur Indonesia Center for Democracy, Defence, and Diplomacy (IC3D) Begi Hersutanto mengatakan ada spekulasi dan kekhawatiran dari kematian pemimpin Korea Utara tersebut, yang tentu berlanjut dengan pengalihan kepemimpinan. “Semua pihak dengan seksama mencermati dan memperhatikan karakter dan pandangan pemimpin baru Korea Utara itu,” kata Begi.

Menurut dia, dari sudut pandang junta militer, pemimpin baru tersebut akan dibandingkan dengan kepemimpinan sebelumnya. Akibatnya, dengan tekanan dan beban psikologis tersebut, pemimpin baru itu akan bergegas membuktikan mutu kepemimpinannya setidak-tidaknya setara dengan pemimpin sebelumnya. “Jika menjadi kenyataan, kemungkinan tersebut dikhawatirkan menjadi kontraproduktif dengan upaya menciptakan stabilitas kawasan itu dan upaya de-nuklirisasi,” katanya.

Sesuai dengan amanat konstuitusi, Begi mengatakan, Indonesia harus senantiasa mendukung dan terlibat aktif dalam proses perdamaian dunia dengan mendorong proses dialog.”Lebih lanjut, Indonesia dapat mendorong forum East Asian Summit menciptakan iklim kondusif bagi proses dialog,” katanya. Namun, Indonesia juga harus menjaga wacana dalam EAS dan di kawasan itu tidak mengarah berat sebelah dan tidak berimbang terhadap posisi Korea Utara, kata Begi.

Kantor berita Korea Utara KCNA melaporkan Kim meninggal pada Sabtu pada usia 69 tahun dan akan dimakamkan di Pyongyang pada Kamis pekan depan. Kim dilaporkan menderita strok pada Agustus 2008, yang membuatnya menghilang dari pandangan umum, dan saat kembali tampil terlihat lebih kurus dan lemah.

Kim memerintah Korea Utara sejak 1994, meneruskan kepemimpinan ayahnya, Kim Il-sung, yang meninggal pada tahun sama. Pada 2010, Kim Jong-il mulai menyerahkan sejumlah jabatan penting kepada putra ketiganya, Kim Jong-un, yang banyak dinilai sebagai pertanda kuat rencana suksesi.

JIBI/SOLOPOS/Ant

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya