SOLOPOS.COM - Ilustrasi servis motor. (Okezone.com)

Solopos.com, SOLO – Jika mesin sebuah kendaraan, termasuk motor harus menjalani turun mesin artinya permasalahan berat atau parah telah terjadi pada mesin tersebut. Di sisi lain dengan turun mesin ini artinya pemilik juga harus mengeluarkan biaya yang besar.

Metode turun mesin merupakan cara yang harus dilakukan agar masalah pada jantung mekanis teratasi. Istilah turun mesin sendiri digunakan karena mesin perlu dilepas lebih dulu dari rangkanya.

Promosi Uniknya Piala Asia 1964: Israel Juara lalu Didepak Keluar dari AFC

Lalu apa penyebab turun mesin? Para pemilik motor harus tahu sebelum masalah besar terjadi dan mengharuskan turun mesin.

 

Gejala Turun Mesin Motor

Sebelum mengetahui penyebab motor turun mesin, sebaiknya ketahui dulu gejala yang menjadi indikasinya, seperti dikutip dari Suzuki.co.id.

Adapun gejala yang menjadi tanda harus turun mesin mulai dari muncul asap putih akibat oli mesin terbakar dalam ruang bakar. Kemudian, suara mesin motor menjadi kasar, yang mana mengindikasikan bahwa oli mesin telah kering.

Gejala lainnya adalah motor susah dihidupkan karena busi basah akibat oli rembes ke ruang bakar dan membasahi busi motor. Satu lagi gejala motor yang perlu turun mesin, yakni tenaga mesin motor yang melemah karena kompresi pembakaran bocor.

 

6 Penyebab Motor Turun Mesin

Bagi kamu yang memiliki motor sudah tua, turun mesin terkadang menjadi servis yang wajib dilakukan. Sebab, komponen pada motor sudah melalui jam terbang yang tinggi, yakni di atas 60.000 km, sehingga mengalami aus dan perlu diganti.

Namun, ada pula penyebab-penyebab motor harus turun mesin tetapi jam terbangnya masih di bawah 60.000 km. Berikut berbagai penyebab yang dimaksud:

 

1. Tidak ganti oli tepat waktu

Fungsi oli bagi motor sangat vital, sebab menjadi elemen yang meminimalisasi gesekan pada mesin serta mendinginkan suhu mesin agar tidak terlalu panas. Cara kerja oli adalah dengan mengisi berbagai celah yang terdapat pada roda gigi serta komponen mesin lain.

Oli memastikan agar komponen mesin dapat bergerak lebih halus. Maka dari itu, kamu perlu memperhatikan jadwal penggantian oli agar tepat pada waktunya. Bila tidak tepat waktu, maka kamu menambah risiko gesekan antar komponen mesin semakin kasar.

Risiko tersebut akan berakhir merembet pada kondisi komponen mesin yang cepat aus. Selain itu, komponen seperti stang dan seher pun akan lebih berat lalu bisa bengkok bahkan patah.

Bila sudah seperti itu, kamu pun harus melakukan penggantian pada keseluruhan set mesin yang mana perlu dilakukan dengan turun mesin motor.

Jadi, lakukan ganti oli tepat waktu ketika motor sudah mencapai 4.000 km, atau empat bulan sekali. Namun, sesuaikan juga dengan intensitas pemakaian motor. Bila Anda berkendara di kondisi macet dan cuaca panas, sebaiknya ganti oli setiap dua bulan sekali atau ketika mencapai 2.500 km.

 

2. Jarang servis rutin motor

Tidak hanya oli yang perlu diganti tepat waktu, kamu pun perlu servis motor keseluruhan secara rutin. Bila jaran servis, risikonya adalah turun mesin. Adapun langkah-langkah servis bagi kamu yang melakukannya di bengkel resmi harus diperhatikan.

Contohnya, untuk motor matik harus mengganti oli serta membersihkan filter udara setiap 2.000 hingga 3.0000 km, atau setiap 3 bulan. Lalu, bila kamu telah tiga kali melakukan ganti oli, lakukan penggantian oli gardan.

Ketika memasuki satu tahun, atau 12.000 km, seluruh komponen motor kamu akan dicek. Seperti ruang bakar, pengereman, injektor, hingga kelistrikan.

Tahap tersebut akan memberitahu Anda jika memang terdapat masalah pada mesin. Jadi, bagi yang jarang servis maka hasil pengecekan pun cenderung bermasalah.

 

3. Sering menerobos banjir

Penyebab turun mesin motor berikutnya adalah kebiasaan menerobos banjir, yang mana membuat air berisiko masuk ke mesin lalu bercampur dengan pelumas.

Walaupun dampaknya tidak langsung terlihat, namun lambat laun kamu akan mendapati mesin berkarat dan baret.

Bila sudah berkarat, motor akan mengalami mati mendadak ketika kamu berkendara di tengah perjalanan. Masalah tersebut hanya dapat teratasi dengan metode turun mesin.

Itulah mengapa, sebaiknya hindari menerobos banjir terlalu sering kecuali tidak ada alternatif jalan memutar lagi. Bila masih bisa putar balik dan melewati jalan alternatif, lakukan saja daripada di kemudian hari kamu harus menanggung biaya yang jumlahnya tidak kecil.

 

4. Tidak rajin mengganti air radiator

Air radiator merupakan elemen yang dapat mendinginkan mesin motor saat komponennya bekerja. Bila kamu malas mengganti air radiator, maka ketika habis mesin akan menjadi cepat panas karena elemen pendinginnya berkurang.

Mesin yang terlalu panas, atau overheating, maka mesin berisiko nge-jam. Kondisi tersebut ketika bagian di dalam mesin mengembang akibat suhu yang terlalu panas, lalu sirkulasi oli tidak berjalan, serta terlalu rapatnya ruang gerak piston.

Dampak berikutnya adalah motor jadi hilang tenaga karena pistonnya tidak dapat bergerak walaupun sudah digas. Bila dipaksakan, maka akan memicu kondisi yang harus turun mesin motor seperti stang seher patah hingga klep bengkok.

 

5. Modifikasi mesin (Bore Up)

Modifikasi mesin dengan tujuan meningkatkan kecepatan dan performa motor melalui peningkatan cc mesin adalah apa yang bisa kamu sebut sebagai bore up. Umumnya, bore up ini akan meningkatkan diameter piston menjadi lebih besar dari seharusnya.

Bore up juga membuat seluruh aspek mesin harus bekerja lebih keras dibandingkan standar dari pabrik. Hal tersebut akan memicu komponen mesin lebih cepat aus. Terutama apabila modifikasi mesin ini dilakukan bukan dengan teknisi profesional.



Dampaknya bila mesin sudah mencapai batas maksimal adalah komponen harus diperbaiki dengan turun mesin. Jadi, melakukan bore up tidak bisa sembarangan.

 

6. Berkendara dengan buruk

Satu lagi penyebab turun mesin motor yang kerap disepelekan, yaitu berkendara tanpa memperhatikan prosedur pemakaiannya. Contoh umumnya mulai dari sering menggeber motor, lalu ugal-ugalan, hingga menarik gas dengan sembrono.

Hal tersebut akan memicu mesin lebih cepat aus. Bila sudah parah dan berlebihan, komponen pada mesin pun menjadi turun kualitasnya. Risiko perbaikan dengan turun mesin pun bukan tidak mungkin harus dilakukan.

Jadi, jangan meremehkan bagaimana berkendara sesuai prosedur dapat melindungi Anda dari kondisi turun mesin. Berkendaralah sesuai aturan, sehingga mesin lebih tahan lama dan berumur panjang.

Demikian penyebab-penyebab turun mesin motor yang perlu kamu perhatikan agar motor terhindar dari keharusan servis besar satu ini. Kebanyakan orang akan menyepelekan penyebab-penyebab di atas, hingga akhirnya menyesal di kemudian hari setelah kondisi mesin mengalami masalah yang serius.

Jadi, lakukan penggantian oli secara berkala, servis motor keseluruhan dengan rutin, lalu jangan menerobos banjir, kemudian rajinlah mengganti air radiator, serta hindari bore up mesin tanpa pengawasan teknisi profesional dan berkendaralah sesuai prosedur, agar kamu terbebas dari kondisi turun mesin di kemudian hari.







Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya