SOLOPOS.COM - Suasana sepi di acara Ringin Jongke Ber-Ramadan, Kelurahan Sondakan, Laweyan, Solo, Sabtu (29/3/2023). (Solopos.com/Candra Septian Bantara)

Solopos.com, SOLO — Kelurahan Sondakan, Laweyan, Solo punya event menarik untuk meramaikan bulan Ramadan, yakni Ringin Jongke Ber-Ramadan.

Sayangnya, acara semacam festival ini setelah sepekan berjalan mulai tanggal 23-29 Maret 2024 ternyata kurang diminati pengunjung terutama warga Sondakan itu sendiri.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Pantauan Solopos.com, Sabtu (29/3/2024) sore, halaman Kantor Kelurahan Sondakan yang dipakai untuk acara tersebut tampak lengang.

Hanya ada dua anggota Perlindungan Masyarakat (Linmas), empat pedagang yang menjajakan aneka menu takjil, dan hanya ada satu sampai dua pengunjung saja yang membeli jajanan di sana.

Panggung pentas seni yang berdiri cukup bagus pun tidak ada penampilnya.

Tidak ada pengeras suara layaknya event-event festival dan parkirannya sepi.

Padahal jika mengacu pamflet acara yang dibuat oleh Pemerintah Kelurahan Sondakan, ada tiga acara pokok yang akan digelar setiap harinya selama sepekan.

Pertama ada Gebyar Ramadan yang terdiri dari parade hafalan Al-Qur’an, Hiburan Hadrah, Pentas Islami, Qoriah Ramadan, Dongeng Nabi, dan Drama.

Kedua ada Bazar Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Ramadan, yang menjual aneka makanan dan minuman dan aksesoris Ramadan.

Serta yang ketiga adalah Berkah UMKM Ramadan yang berisi kegiatan donasi pakaian, parcel Ramadan, dan undian berhadiah.

Salah satu petugas Linmas Kelurahan Sondakan, Rizal, mengatakan bahwa acara Ringin Jongke Ber-Ramadan memang baru sekali diadakan.

Tapi sayangnya, menurutnya, keramaian pengunjung dan pengisi acara hanya ada di dua hari pertama saja.

“Ini event kali pertama yang Kelurahan Sondakan buat. Tapi sayangnya acara hitungannya sepi, Mas. Ramainya cuma dua hari pertama saja,” katanya.

Lebih lanjut Rizal menjelaskan pada hari pertama hingga kedua itu ada sekitar 16 pedagang atau UMKM yang berjualan di sini.

Kemudian pentas Ramadan seperti hadrah, qori, dan dongeng Ramadan juga berjalan cukup bagus.

Sementara dihari-hari berikutnya baik pengunjung, pengisi acara, hingga pedagang yang berjualan mulai berkurang drastis.

“Sekarang yang jualan tinggal empat mas, panggung keseniannya juga tidak aktif sejak hari ketiga sampai sekarang,” jelasnya.

Senada dengan Rizal, salah satu pedagang atau UMKM yang masih bertahan berjualan di acara tersebut, Tituk, mengeluhkan sepinya acara dan pengunjung.

Padahal awalnya dia punya ekspektasi cukup tinggi bahwa acara ini akan ramai terus selama sepekan.

“Waduh sepi banget, Mas, ini saja kalau kita-kita tidak pindah ke pinggir jalan tidak ada yang beli. Padahal dulu kami mengira yang datang ke acara ini bakal ramai dan acaranya juga ramai, eh ternyata malah sepi,” keluhnya.

Meskipun sepi, Tituk mengaku tetap berjualan lantaran ingin menambah pemasukan keluarganya.

Walaupun produk makanan yang dijualnya tidak banyak dan keuntungannya sedikit, tapi lumayan untuk tambah pendapatan.

“Ya sepi-sepi kayak gini ya aku nekat jualan aja, soalnya keluarga saya juga butuh tambahan pemasukan apalagi jelang Lebaran. Beberapa hari ini saya bawa dagangnya sedikit. Kalau habis ya syukur kalau tidak ya tidak apa-apa,” terangnya.

Sementara itu, salah satu anggota Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kelurahan Sondakan, Amin, menjelaskan sepinya acara tersebut tidak lepas dari minimnya koordinasi yang dilakukan oleh pihak kelurahan.



Terutama dengan para organisasi pendukung seperti karang taruna, UMKM setempat, Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK), dan Forum Tempat Pembelajaran Al-Qur’an Sondakan.

“Ini kan event pertama, tapi kami merasa koordinasi yang dilakukan oleh kelurahan masih minim. Padahal kami dan organisasi terkait punya peran penting dalam mengisi acara ini,” jelasnya

Amin mengatakan selain koordinasi penyebab lainnya adalah minimnya persiapan dan konsep acaranya belum matang.

Kurang Matang

Menurutnya untuk event yang cukup besar ini butuh persiapan lebih lama dan konsepnya juga harus matang agar menarik minat pengunjung.

“Hitungannya persiapan acara ini terlalu mepet agar semua tertata dengan maksimal. Terlebih konsep acara ini sebetulnya apa juga belum digodok secara matang. Mungkin ini juga jadi faktor mengapa pengunjung malas mampir atau pengisi acara dan pedagang enggan datang lagi ke sini,” paparnya.

Amin berharap apa yang terjadi dalam acara Ringin Jongke Ber-Ramadan kali ini bisa jadi bahan evaluasi bagi pihak Kelurahan Sondakan.

Sehingga ke depan acaranya bisa lebih matang tujuan untuk memberdayakan UMKM setempat bisa berjalan maksimal.

“Harapanku ya harus dievaluasi oleh pihak kelurahan. Agar ke depan jauh lebih meriah dan UMKM di sini bisa merasakan dampak lebih maksimal secara ekonomi,” pungkasnya.

Sebagai tambahan informasi, Ringin Jongke Ber-Ramadan diambil dari pohon beringin yang ada di halaman Kantor Kelurahan Sondakan dan perempatan Jongke yang tak jauh dari kelurahan.

Lantaran acara ini digelar untuk memeriahkan bulan Ramadan, maka dipilihlah nama tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya