SOLOPOS.COM - Komunitas sepeda tinggi (JIBI/Harian Jogja/Rina Wijayanti)

Komunitas sepeda tinggi (JIBI/Harian Jogja/Rina Wijayanti)

Bermula dari gaya bersepeda seorang turis asal Italia di Jogja sekitar tahun 2006 silam, sepeda tinggi kian diminati di Kota Gudeg ini. Sepeda yang lebih mirip gaya sirkus ini juga menjamur ke sejumlah kota kota lain di Indonesia.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Anak-anak muda lebih sering menunjukkan gaya bersepeda yang nyeleneh ini secara berkelompok. Mereka berarak-arakan menyusuri jalan perkotaan dengan santai. Sekadar memutar kota maupun untuk berkumpul membangun suasana keakraban sesama penggemar sepeda tinggi.

Menggunakan sepeda tinggi selain membutuhkan konsentrasi untuk pengatur keseimbangan dan kecepatan laju sepeda, lebih utama butuh nyali. Pasalnya sepeda tinggi itu bisa memiliki tinggi hingga 2 meter. Ukuran itu sangat tidak lazim, apalagi untuk ukuran manusia normal. Ketinggian itu juga lantas membuat pengemudinya mampu berada jauh lebih tinggi dari pengguna jalan lainnya. Jika tidak berhati hati terlebih belum terlatih, maka pengendara sepeda dapat terjatuh.

Faizal Hakim, 22, mahasiswa jurusan Desain Interior ISI memandang, mengendarai sepeda tinggi bukan seperti sepeda biasa saja, melainkan menjalanisebuah proses pembelajaran. Pemilik sepeda rakitan yang tidak bisa dijalankan oleh setiap orang ini, menilai hobi itu memiliki makna gerakan sosial. Dia menyebutnya gerakan recycle. ”Intinya mengajak orang orang di sekitar untuk mengeksplorasi sikap peduli lingkungan dengan mendaur ulang khususnya pada sepeda,” ujar Faizal.

Maka tidak heran jika untuk kegemarannya yang satu ini, dia dan kawan-kawan sesama penggemar sepeda tinggi terlihat sering mengotak-atik onderdil sepeda. Bukan selalu disebabkan sepeda tersebut rusak dan butuh perbaikan, namun ada pula disebabkan karena dorongan eksplrorasi daur ulang pada onderdil sepeda.

Atas alasan itu pula dia menampik, jika kegemarannya bersepeda tinggi hanya ingin mencari sensasi dengan penampilan yang nyeleneh dan tidak lazim. “Sepeda tinggi juga menyuarakan ajakan untuk peduli terhadap lingkungan, salah satunya dengan recycle. Karena kita bisa padukan jenis onderdil apapun disini, biasanya kita peroleh dari rongsokan rongsokan tapi ada juga onderdil baru,” katanya ditemui beberapa saat lalu di wilayah Sewon, Bantul.

Tidak hanya menggemari, kini dia dan sebagian temannya menjadikan sepeda tinggi sebagai bagian dalam kehidupannya. Menurutnya, menggemari sepeda tinggi sangat lain dengan menggemari jenis sepeda lainnya. Sepeda tinggi lebih bersifat dinamis dan tidak stuck pada jenis bahan maupun harga tertentu. Pada sepeda tinggi, mengganti onderdil dan memadukan dengan onderdil jenis apapun tetap sah. “Pada jenis jenis sepeda tertentu ada ukuran harga, kualitas dan juga merk. Kalau dalam sepeda tinggi tidak seperti itu, semuanya menjadi sah jika digabungkan. Disitulah kenikmatannya,” imbuh Faizal.

Namun, di balik kesenangannya itu, Faizal dan sejumlah rekannya tidak lantas mudah diterima masyarakat. Kendati sebagian lain menilai sekaligus mengapresiasi gaya bersepedanya, ada sebagian lain yang dinilainya kurang menerima keberadaannya. “Kendalanya tetap ada, mulai dari pelarangan oleh polisi dan juga diganggu pengendara lain saat kita sedang bersepeda,” katanya.

Meskipun demikian, keberadaan sepeda tinggi dinilainya tidak akan hilang. Kini rekannya sesama pecinta sepeda tinggi kian banyak. Gaya sepeda mirip sirkus ini selain menambah daya tarik sejumlah sudut kota Jogja, rupanya juga harus dilihat dari makna yang diusungnya yakni recycle dan juga proses untuk berlaku efisien.

Meskipun tidak besar, para pecinta sepeda tinggi meletakkan harap, jalan Jogja yang kian sempit tetap mampu memberikan ruang baginya. Bagi keberadaannya, bagi gerakannya sekaligus bagi keindahan dan keberaniannya.   (ali)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya