SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Dok.SOLOPOS), JALUR PENYEPEDA-Pelajar mengendarai sepeda sepulang sekolah di Jl Slamet Riyadi, Solo, Kamis (22/9/2011). Di sebagian ruas jalan, para pengguna sepeda harus berbagi lajur dengan tukang becak yang mangkal dan juga parkir sepeda motor. (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

Ilustrasi (Dok.SOLOPOS), JALUR PENYEPEDA-Pelajar mengendarai sepeda sepulang sekolah di Jl Slamet Riyadi, Solo, Kamis (22/9/2011). Di sebagian ruas jalan, para pengguna sepeda harus berbagi lajur dengan tukang becak yang mangkal dan juga parkir sepeda motor. (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

Transportasi yang satu ini cukup sederhana. Roda-rodanya diputar dengan tarikan tenaga manusia. Di jalan, mereka bisa berjajar rapi tanpa berhasrat saling mendahului.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Etika di jalan pula yang mengajarkan bahwa para pengayuh sepeda adalah satu saudara.

Ketika berpapasan, mereka cukup membunyikan bel, kring…kring…kring…. Lalu, mereka pun saling menyapa seakan sudah saling kenal.

Ekspedisi Mudik 2024

”Dengan bersepeda, kita juga bisa saling menghargai pengendara lainnya,” kata Dian ABS, pegiat komunitas Sepeda Lawas Solo saat berbincang dengan Espos beberapa waktu lalu.

Nilai-nilai etis bersepeda inilah yang barangkali tak dimiliki oleh pengendara bermesin. Alih-alih saling menyapa, sesama pengendara lain, pengendara kendaraan mesin bahkan bisa saling bermusuhan di jalan raya.

”Gimana mau menyapa, kendaraannya saja melaju kencang. Bisa-bisa malah tabrakan,” sambung Dian.

Bersepeda, kata Dian, sejatinya bukan semata gerakan moral menjaga kesehatan tubuh, menghemat energi tak terbarukan atau menjaga kelestarian lingkungan hidup. Bersepeda rupanya adalah pilihan hidup dalam menghadapi kemajuan zaman yang terasa kian angkuh dan tak menghargai kemanusiaan.

Dengan bersepeda, manusia bisa kembali lebih sublim dalam menghayati alam, kehidupan, dan juga hubungan sosial. ”Sudah berapa banyak nyawa melayang karena ugal-ugalan pengendara di jalan. Kalau bersepeda, itu kan tak mungkin terjadi?” terangnya.

Kemajuan zaman memang tak selamanya ditandai oleh pesatnya teknologi. Kemajuan zaman ialah ketika manusia dan alam bisa hidup saling bersandingan, saling menjaga,dan tanpa saling mengeksploitasi.

”Itulah yang dinamakan orang modern, yaitu orang yang mampu berpikir utuh tentang alam, manusia, dan juga interaksi sosial,” paparnya.

Di Indonesia, bersepeda memang masih menempati urutan kelas kedua dalam status sosial. Ini sungguh bertolak belakang dengan kenyataan di negara-negara maju, seperti Belanda. Di sana, sepeda justru menjadi gaya hidup keseharian, baik dalam bekerja, sekolah, dan di setiap urusan.

”Makanya kami berharap gerakan bersepeda untuk bekerja ini bisa dipelopori oleh para PNS, lalu anak-anak sekolah, dan berlanjut ke pegawai-pegawai. Bukankah dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat,” sahut Dian Sasmita, pegiat komunitas Bike To Work Solo.

(Aries Susanto)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya