SOLOPOS.COM - Tangkapan layar peta garis pantai Pulau Jawa 2021. (Gambar: geoservices.big.go.id)

Solopos.com, SOLO – Jejak kejahatan mafia tanah terendus dari berpindah tangannya tanah rakyat, tanah milik swasta bahkan tanah milik negara secara diam-diam tanpa disertai dokumen resmi. Kelompok criminal yang merampas hak tanah itu disebut mafia tanah.

Dalam tujuh tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo, 2014 hingga 2021, puluhan juta lembar sertifikat tanah rakyat diterbitkan, 1,2 juta hektare lahan dibagikan kepada rakyat miskin, dan ribuan kasus sengketa tanah diselesaikan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Sofyan Djalil mengatakan, seperti dipublikasikan laman Indonesia.go.id beberapa waktu lalu, kejahatan pertanahan masih sering terjadi.

Ekspedisi Mudik 2024

Jejak kejahatan mereka terekam sejak puluhan tahun lalu, tapi mereka terus tumbuh dan patah tumbuh hilang berganti. Dalam berbagai kesempatan, Sofyan Djalil mengatakan operasi mafia tanah itu sering melibatkan aparat negara.

Karena itulah, pemerintah tak akan tinggal diam bila menemukan bukti praktik mafia tersebut. Sofyan Djalil gencar mengerahkan jajaran inspektoratnya mengawasi dan menginvestigasi. Hingga akhir 2021 sebanyak 125 pegawai dijatuhi sanksi atas berbagai pelanggaran. Selengkapnya bisa dibaca di: Mafia Tanah Tidak Boleh Menang

Masih soal tanah, separuh Pulau Jawa sebelum menjadi tanah adalah bekas lautan. Dongeng mengenai hal itu dimulai sejak kedatangan Eugene Dubois, salah satu peneliti situs purba terkemuka asal Belanda di Sangiran pada 1893. Akan tetapi, ia lebih banyak memusatkan penelitiannya di kawasan Trinil, Ngawi pada 1891-1893. Di Trinil, ia banyak menemukan fosil manusia purba jenis Pithecantropus erectus.

Pada 1931, Louis Jean Chretien van Es memetakan beberapa situs purba kala seperti Situs Sangiran dan Situs Trinil. Peta buatan van Es ini kemudian menjadi petunjuk beberapa ilmuan untuk meneliti situs-situs purba di Pulau Jawa.

Nama Situs Sangiran mulai populer setelah G.H.R. von Koenigswald menemukan alat-alat manusia purba di Sangiran pada 1934. Berbekal peta buatan van Es, von Koenigswald menggelar penelitian di lokasi.

Dua tahun kemudian, von Koenigswald bersama warga Sangiran menemukan fosil manusia purba berupa pecahan rahang yang cukup besar. Fosil ini kemudian diberi nama Megahthropus paleojavanicus dan dikenal juga dengan istilah Sangiran 1.

Puja Aprianto dan Muhammad Mujibur Rohman dalam bukunya berjudul Mengenal Situs Manusia Purba Sangiran menjelaskan awal mula terbentuknya Situs Sangiran. Pada 2,4 juta tahun lalu, lingkungan Sangiran masih berupa lautan. Bukan hanya Sangiran, separuh lebih Pulau Jawa pada masa itu masih berupa lautan. Selengkapnya bisa dibaca di: 2,4 Juta Tahun Lalu, Separuh Pulau Jawa Adalah Lautan, Ini Buktinya!

Kanal Espos Plus selalu menyajikan konten-konten premium yang berbasis jurnalisme berkedalaman serta menyajikan sudut pandang tajam dan menarik dengan pembahasan komprehensif yang kaya data. Membaca konten premium di kanal ini akan memperkaya perspektif, mempermudan memahami duduk perkara, dan mendapatkan data dan informasi yang utuh. Silakan mengakses dan menikmati…

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya