SOLOPOS.COM - Asisten Pelatih Timnas Putri, Yopie Riwoe (kedua dari kiri) berbagi ilmu dengan anak didik Putri Surakarta di Lapangan Jajar, Solo, akhir April 2021 lalu. (Istimewa Putri Surakarta) 

Solopos.com, SOLO—Sepak bola menjadi salah satu olahraga khusus maskulin. Persepsi itu sulit dipisahkan mengingat mayoritas aktor yang tampil di dunia sepak bola adalah laki-laki. Namun pandangan tersebut sedikit demi sedikit bergeser dengan mulai maraknya iklim sepak bola perempuan di penjuru Indonesia.

Soloraya menjadi salah satu kawasan yang “merayakan” masifnya perkembangan sepak bola perempuan beberapa tahun terakhir. Kota Solo memiliki tim Putri Surakarta yang berlatih rutin sepekan tiga kali di Lapangan Jajar, Laweyan. Meski baru lahir 2015, Putri Surakarta memiliki 60 anggota yang tersebar di Soloraya hingga Magelang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pandemi Covid-19 tak menyurutkan mereka untuk berlatih setiap Rabu, Jumat dan Minggu. Saking semangatnya, ada sejumlah pemain asal Wonogiri yang rela menempuh perjalanan satu setengah jam demi latihan bersama.

Baca Juga: Masuk Timnas Sepak Bola Putri Indonesia, Bunga Bikin Bangga Kota Solo

“Setahun terakhir kami lihat animonya malah naik cukup pesat. Meski ada keterbatasan tempat latihan karena pandemi, mereka tetap semangat gabung di tim,” ujar Sekretaris Umum Putri Surakarta, Dede Irawan, saat ditemui Solopos.com di kawasan Pasar Pon, Kamis (24/6/2021).

Rentang usia pesepak bola perempuan di Putri Surakarta pun beragam. Dede menyebut timnya memiliki pemain yang berusia sekolah dasar hingga perempuan berkarier.

Menurut dia, iklim positif itu tak lepas dari meningkatnya hobi futsal di kalangan perempuan. Para orang tua, imbuhnya, juga mulai terbuka dengan pilihan anak perempuannya menggeluti sepak bola.

Baca Juga: Kisah Tiwi, Pesepak Bola Putri Solo yang Tak Kapok Meski 2 Kali Cedera Engkel

 

Bias Gender

“Semua pemain Putri Surakarta gabung dengan kesadarannya sendiri,” kata Dede yang sedang menempuh S3 tentang perkembangan sepak bola perempuan di Indonesia di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) itu.

Pihaknya tak menampik kultur budaya yang cenderung patriarkis dan bias gender akan selalu menjadi tantangan tersendiri untuk mengampanyekan sepak bola perempuan, terutama di Jawa. Dede menyebut sebagian kalangan masih menstigmakan perempuan harus menghindari hal berbau maskulin seperti sepak bola.

“Masih ada yang mau ikutan gabung tapi takut atau malu. Namun gerakan sepak bola wanita harus terus dijalankan. Bola voli cewek saja bisa diterima dengan baik, kenapa sepak bola tidak?”

Kasus Covid-19 Meningkat, Gibran: Piala Wali Kota Solo Jalan Terus

Beruntung Putri Surakarta tak berjalan sendiri untuk mengampanyekan kesetaraan lewat sepak bola. Pasoepati dan Kaukus Anak Gawang menjadi beberapa organisasi yang intens mendukung perkembangan sepak bola perempuan di Soloraya.

Pasoepati bahkan sering mengawal Putri Surakarta di sejumlah kegiatan. “Putri Surakarta ke depanbisa menjadi bank pemain, membawa para penghobi sepak bola menjadi pemain-pemain profesional,” ujar Menteri Dalam Negeri Pasoepati, Adried Tersiantoro.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya