SOLOPOS.COM - Ilustrasi (indosoccer.info)

Sepak bola Indonesia sempat mengalami kemunduran. Tim Transisi PSSI yang ditunjuk Menpora bertugas mengatasi hal itu.

Solopos.com, JAKARTA – Pada April 2015 lalu, Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) membentuk tim transisi PSSI untuk mengurusi persepak bolaan Indonesia yang carut marut. Namun, hingga kini kerja Tim Transisi dinilai lamban dan belum sesuai harapan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Padahal tim transisi mengemban tugas penting yakni memperbaiki tata kelola sepak bola nasional setelah PSSI dibekukan oleh pemerintah. Pernyataan tersebut diungkapkan oleh pengamat sepak bola, Akmal Marhali. Akmal menuturkan kerja nyata Tim Transisi hingga saat ini hanya menyelenggarakan turnamen Piala Kemerdekaan 2015.

Turnamen tersebut diikuti oleh klub-klub Divisi Utama, walaupun awalnya diharapkan dapat merangkul seluruh anggota PSSI. Menurut Akmal, tim transisi terlalu sibuk mengurus turnamennya tanpa memikirkan tugas pokok mereka yaitu menyelenggarakan Kongres Luar Biasa (KLB), membentuk federasi baru, melakukan komunikasi dengan FIFA, dan mendekati voter-voter PSSI.

“Tim transisi terlalu sibuk bikin turnamen sehingga melupakan tugas pokoknya menggelar KLB serta membentuk federasi baru. Tim Transisi tak mampu membuka jalur efektif komunikasi dengan FIFA sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di sepak bola. Tim transisi juga tidak mampu merangkul voter,” ungkap Akmal seperti dikutip dari Detik.com, Kamis (10/9/2015).

Dia menilai harapan masyakarat kepada tim transisi yang bakal memperbaiki sepak bola Indonesia justru tak terlihat. Contoh kecilnya adalah turnamen Piala Kemerdekaan 2015 yang masih jauh dari kata profesional.

“Turnamen yang dibuat bukan mengangkat citra tim transisi, malah menjatuhkan. Keterlambatan match fee maupun penegakan rules of the games. So, masyarakat yang dulunya meletakkan harapan kini berbalik justru memberikan kritikan terkait ketidakmampuan mereka untuk perbaikan tata kelola sepakbola Indonesia,” paparnya.

Akmal menyatakan seharusnya Tim Transisi sudah bisa menyukseskan visi dan misi reformasi sepak bola Indonesia karena memiliki sekian bulan dari waktu dibentuk. “Mulai dari KLB, pembenahan tata kelola sepak bola dan aturan kompetisi profesional maupun perang terhadap match fixing. Baru setelah itu ke langkah terakhir menggelar kompetisi profesional yang lebih baik. Tapi faktanya piramidanya dibuat terbalik,” lanjut Akmal.

Maka dia pun mengimbau Menpora dan pemerintah agar segera mengambil sikap terkait lambatnya kinerja tim transisi. Jika tidak maka niat Menpora mereformasi sepak bola akan antiklimaks. Bahkan, Akmal menyarankan agar susunan tim transisi diganti saja.

“Misi reformasi bisa back fire kalau menpora dan pemerintah tak segera menggambil sikap terkait lambannya kinerja tim transisi. Bisa jadi semua antiklimaks bila tak segera kembali ke tugas dan visi utamanya. Saran saya, reorganize tim transisi. Yang tak efektif diganti. Dan diberi tenggat waktu agar visi misi reformasi jadi terukur, tepat sasaran, dan bernilai,” ujarnya.

“Bila Menpora tidak cepat tanggap dengan mengambil langkah cepat, bukan mustahil cita-cita reformasi sepak bola yang mulia ini berubah menjadi dosa atau cacat dalam kariernya,” pungkas Akmal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya