SOLOPOS.COM - Ginanjar Saputra (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Search engine optimization (SEO) atau optimasi mesin pencari adalah proses menjadikan konten di suatu situs, website, atau di platform agar mudah ditemukan pengguna. Di media online atau dalam jaringan (daring), SEO digunakan agar berita atau konten yang diproduksi dapat ditemukan, dibaca, atau dilihat banyak pengguna.

Pergeseran perilaku masyarakat yang diiringi perkembangan teknologi mendorong banyak media massa atau pers memanfaatkan platform online. Di dunia online, persaingan di antara pengelola media massa atau di antara institusi pers semakin ketat.

Promosi Era Emas SEA Games 1991 dan Cerita Fachri Kabur dari Timnas

Semua media massa berlomba-lomba mendapatkan tayangan halaman yang tinggi, pembaca yang banyak, dan peringkat terbaik di mesin pencarian online. Salah satu teknik yang digunakan media online untuk meraih semua itu adalah menerapkan SEO dari sisi konten maupun pengembangan situs web.

Belakangan, teknik SEO yang diterapkan di konten media massa online acap kali dijadikan kambing hitam atas rusaknya kualitas jurnalisme di Indonesia. Judul clickbait, judul terlalu bombastis, dan penggunaan keyword atau kata kunci berlebihan menjadikan tulisan yang disajikan sudah tak lagi seperti karya jurnalisme.

Beberapa pengelola media massa bahkan seperti mengabaikan kredo jurnalisme, mengabaikan kode etik jurnalistik, demi mendapatkan peringkat tinggi di mesin pencari, salah satunya adalah Google.

Banyak pengelola pers yang tak malu membagi berita pendek menjadi beberapa halaman demi mengoptimasi laman berita mereka agar tampil paling depan di Google. Ironisnya, tak banyak di antara mereka adalah penmgelola media massa besar yang sudah terverifikasi Dewan Pers.

Pada konteks ini, media massa yang mendewakan SEO patut mendapatkan ”dosa besar”. Mereka yang menggunakan SEO untuk menginjak-injak kredo jurnalisme telah membentuk opini masyarakat yang menggeneralisasi media online sebagai media massa yang hanya mencari keuntungan dari klik pembaca, namun tak layak baca.

Ini yang menjadikan SEO seperti musuh dalam selimut bagi jurnalisme. Jurnalis atau wartawan sering hanya dihadapkan pada dua pilihan, yakni konten berkualitas namun tidak ramah di mesin pencari atau konten yang bagus secara SEO namun dengan kualitas yang sangat buruk.

Menurut saya, ada pilihan ketiga, yakni konten berkualitas yang bisa sangat ramah terhadap mesin pencari. Sulit? Tidak juga. Mudah? Terlalu meremehkan. Pertama-tama yang harus diketahui adalah robot mesin pencari—dalam hal ini Google—tidak bisa dimanipulasi seperti 10 tahun hingga 15 tahun lalu.

Google tak mau dibodohi pengelola media yang hanya mencari klik dengan cara kotor seperti penggunaan kata kunci berlebihan, judul clickbait yang bisa menimbulkan disinformasi, hingga pembagian halaman di berita pendek agar mendapatkan klik sebanyak-banyaknya.

Penggunaan kata kunci yang tepat memang masih diperlukan dalam teknik SEO. Penggunaan kata kunci tidak boleh berlebihan. Penggunaan kata kunci juga harus diiringi dengan naluri jurnalisme dalam menyusun konstruksi tulisan agar tulisan tidak “membunuh” pola pikir para pembaca.

dalam penulisan judul, media massa online sudah selayaknya memakai judul yang clickable, bukan clickbait. Berbeda dengan clickbait, clickable adalah judul yang menarik minat pembaca tanpa mengurangi substansi konten atau isi berita yang dipublikasikan. Dengan begitu, pembaca tidak merasa dibohongi seperti saat mereka mendapati judul clickbait.

Pembagian halaman dalam suatu konten atau berita di media massa online sebenarnya diperbolehkan jika memang itu berisi tulisan yang panjang. Jika konten atau berita tersebut hanya pendek, katakanlah 500 karakter huruf, akan sangat hina jika menerapkan teknik pembagian halaman demi klik sebanyak-banyaknya.

Kesimpulannya, SEO bukan musuh jurnlisme. SEO dapat beriringan serasi dengan jurnalisme jika dikelola dengan tepat. Media massa online tentu ingin konten atau berita yang diproduksi mendapatkan tayangan yang banyak. Rasanya percuma memproduksi konten berkualitas namun sepi pembaca.

Yang perlu ditegaskan adalah jangan sampai teknik SEO menginjak-injak kredo jurnalisme. Di sisi lain, pembaca juga menginginkan konten dan berita berkualitas dari media massa online.

Mereka tak ingin merasa ditipu dan dipermainkan saat membaca berita. Di media massa online, jurnalis memang membutuhkan SEO, namun jangan sampai SEO semena-mena mengangkangi kredo jurnalisme.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 28 September 2022. Penulis adalah Manajer SEO Solopos Media Group)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya