SOLOPOS.COM - Logo Sensus Ekonomi 2016. (bandungkota.bps.go.id)

Badan Pusat Statistik (BPS) Sleman masih belum memiliki data pertumbuhan usaha online saat ini.

Harianjogja.com, JOGJA- Usaha online, e-commerce atau toko online yang dikendalikan dari rumah-rumah warga juga ikut disensus. Badan Pusat Statistik (BPS) Sleman masih belum memiliki data pertumbuhan usaha online saat ini.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Seksi Statistik Distribusi BPS Sleman Iswanti mengakui, usaha online masuk dalam pendataan sensus ekonomi 2016. Hal itu tidak lepas dari semakin berkembangnya teknologi komunikasi saat ini.

Ekspedisi Mudik 2024

Menurutnya toko-toko online di wilayah Sleman saat ini semakin menjamur. “Untuk mengetahui jumlahnya makanya BPS penting melakukan pendataan,” katanya, Minggu (8/5/2016).

Menurutnya, semua kegiatan usaha perlu didata untuk mendapatkan pemetaan usaha terkini. Tujuannya agar pemerintah dapat merencanakan program-programnya ke depan. “Siapa saja pelakunya, baik itu usaha resmi atau tidak resmi, akan kami data melalui sesus ekonomi tahun ini,” katanya.

Kepala BPS Sleman Arina Yuliati menjelaskan, terakhir kali sensus ekonomi digelar pada 2006 atau 10 tahun lalu. Dalam kurun waktu 10 tahun tersebut tentunya akan ada perubahan ekonomi yang terjadi di masyarakat. Untuk itu, petugas pendataan akan menanyakan secara detail kepada warga terkait perubahan tersebut. “Pendataan dilakukan untuk setiap bangunan di masing-masing blok sensus,” katanya.

Ditanya soal kesulitan yang terjadi di lapangan, Arina mengaku tingkat kesulitan pendataan ini lebih pada persoalan eksternal. Yakni, petugas seringkali tidak dapat bertemu dengan pelaku usaha atau warga. “Ini terjadi karena mereka kemungkinan sibuk. Bisa juga menolak didata karena bosan. Tetapi sekali lagi kami sampaikan, sensus ini semata untuk mendapatkan potret utuh perekonomian yang saat ini berlangsung,” ujarnya.

Salah seorang petugas sensus, Happy Wahyu mengaku pernah mengalami kesulitan untuk mendata warga. Salah satunya, terjadi di sebuah perumahan elite di wilayah Karangmloko, Sariharjo, Ngaglik. “Orangnya mau disensus kalau seluruh warga kompleks sudah disensus. Meski sudah saya jelaskan terkait kegiatan ini, dia tetap berkukuh untuk tidak disensus,” katanya.

Kesulitan lainnya, sambung mahasiswa UII itu, warga yang disensus tidak berasa di tempat saat didatangi. Dengan begitu, ia harus mendatangi rumah tersebut beberapa kali. “Tapi banyak juga yang kooperatif. Mereka menjawab semua pertanyaan dalam data sensus,” tutur Wahyu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya