SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p>Solopos.com, KLATEN &mdash; Ketiadaan sumber daya alam mendorong Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) Yoso Mandiri, Desa Tegalyoso, Kecamatan Klaten Selatan, berinovasi membuat unit usaha. Sektor kuiner menjadi sasaran utama salah satunya dengan membikin keripik pisang tornado B&rsquo;gaya (baca: bergaya).&nbsp;</p><p>Keripik pisang B&rsquo;gaya dibuat dari bahan pisang tornado. Pisang ini memiliki buah yang lebih tawar ketimbang pisang jenis ambon dan sejenisnya. Pisang jenis ini banyak digunakan untuk bahan baku keripik. Rasanya yang tawar membuat keripik pisang ini harus diberi rasa tambahan agar lebih nikmat.</p><p>&ldquo;Kami sementara ini bikin lima varian rasa yakni nangka, pandan, cokelat, keju, dan balado. Keju dan balado yang paling banyak diminati,&rdquo; kata Direktur BUM Desa Yoso Mandiri, Desa Tegalyoso, Indriani Ika Nilamsari, saat berbincang dengan <em>Solopos.com</em> di Balai Desa Tegalyoso, Kecamatan Klaten Selatan, Kamis (9/8).</p><p>Keripik pisang B&rsquo;gaya bikinannya banyak dijual ke pusat oleh-oleh di Jogja dan Klaten. Sebagian juga dipasarkan ke pelanggan perseorangan di Klaten hingga Jakarta. Dalam sepekan, produk yang diolah oleh enam ibu-ibu Desa Tegalyoso ini bisa menghasilkan 120&ndash;150 bungkus dengan berat kotor masing-masing 1,2 ons dengan sistem konsinyasi.</p><p>Kemasan itu dijual dengan harga Rp12.000 per bungkus atau Rp100.000 per kiogram untuk jenis curah. &ldquo;Sejauh ini respons pelanggan cukup bagus. Tidak ada toko yang menolak dan enggak sedikit pelanggan yang <em>repeat order</em>. Artinya rasa keripik ini bisa diterima lidah masyarakat,&rdquo; beber Indriani.</p><p>Menurut Indriani, tantangan membikin keripik pisang tornado ini adalah bahan baku yang keras karena menggunakan pisang yang belum matang. Sedangkan alat pengiris yang digunakan masih manual dan berbahan plastik. Akibatnya, alat pengiris sering patah. &ldquo;Saya belum sempat survei ke Sleman atau Bantul soal pesan alat pengirisnya. Kalau ada, itu akan mempercepat produksi,&rdquo; harap dia.</p><p>Selain itu, ia juga menemui kendala untuk pengembangan keripik pisang adalah kelangkaan bahan baku. Pisang itu tidak dijumpai di wilayah Tegalyoso. Di Klaten, pisang tornado hanya bisa dijumpai di daerah bertanah kering seperti Wonosari, Bayat, Gantiwarno, dan sekitarnya. Pisang biasa dibeli di tiga pasar meliputi Puluhwatu, Bayat, dan Cawas. Ia pun harus berburu bahan baku sejak pukul 4.00 subuh demi membawa pulang pisang pilihannya.</p><p>&ldquo;Satu tandan pisang tornado seberat 22 kilogram bisa mencapai Rp220.000. Saya pernah mendapatkan seberat 16 kg dengan harga Rp180.000. Pisangnya memang lumayan mahal. Tapi enggak ada pilihan lain. Pisang yang terbaik untuk keripik ini hanya pisang tornado. Pisang lain hasilnya enggak maksimal,&rdquo; ujar Indriani.</p>

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya