SOLOPOS.COM - Dalang cilik asal SMPN 5 Wonogiri, Henok Babar Wangsit, saat tampil di ISI Solo, belum lama ini. (JIBI/Solopos/Istimewa)

Seni budaya Wonogiri, dalang cilik dari SMPN 5 Wonogiri tampil dalam acara yang juga dihadiri sejumlah dalang ternama.

Solopos.com, WONOGIRI — SMPN 5 Wonogiri ambil bagian dalam pentas wayang memperingati Hari Wayang Dunia di Kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Solo, Selasa (8/11/2016).

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Penampilan dalang cilik siswa SMP tersebut mendapat apresiasi dari penonton. Kepala SMPN 5 Wonogiri, Sutopo, melalui keterangan tertuliskepada Solopos.com, Selasa, menyampaikan siswa yang tampil itu dari kelas seni.

Kelas seni merupakan salah satu kelas dari program khusus berbasis minat dan bakat di SMPN 5 Wonogiri. Selain kelas seni, sekolah tersebut memiliki kelas reguler, olahraga, prestasi, dan pesantren modern.

Sekolah membawa grup lengkap terdiri atas dalang, pengrawit, atau pemain gamelan, dan waranggana atau sinden. Mereka berjumlah 25 orang.

Kemampuan sang dalang, Henok Babar Wangsit, siswa kelas VII, yang melakonkan Sumilak ing Pedut Mandura disambut hangat para penonton.

“Anak-anak merupakan satu-satunya penampil di kategori pelajar SMP dan satu-satunya perwakilan dari Wonogiri. Dalam acara itu mereka tampil bersama dalang-dalang ternama di Indonesia, seperti Ki Anom Suroto, Ki Enthus, dan dalang lainnya dari berbagai daerah. Saya sangat bangga bisa mengantarkan anak didik ke pentas festival wayang dunia,” kata Sutopo.

Dia menceritakan penampilan para siswa memukau para penonton. Meski masih anak-anak, Henok memiliki karisma seperti dalang dewasa.

Harmonisasi musik gamelan dan langgam-langgam Jawa yang dibawakan pesinden tak kalah bagus dengan penampilan kelompok lainnya. Sutopo sangat senang karena SMPN 5 Wonogiri menjadi bagian dari elemen yang peduli terhadap pengembangan dan pelestarian budaya Indonesia.

Menurut Sutopo, nilai-nilai budaya sudah semestinya ditanamkan dan ditumbuhkan pada diri manusia sejak usia dini. Budaya dapat membentuk karakter positif manusia.

Henok, para pengrawit yang sudah cukup mahir menabuh gamelan, dan pesinden dilatih guru sejak beberapa tahun lalu. Mereka tampil beberapa kali di Wonogiri.

Kali terakhir mereka tampil saat mengisi kegiatan perkemahan di lapangan dekat sekolahan mereka. Di kelas seni, mereka mendapatkan 25 persen pelajaran reguler dan materi tentang kesenian, dan 75 persen praktik. Porsi yang sama juga diterapkan pada kelas khusus lainnya.

Program kelas khusus berbasis minat dan bakat dibuat dengan semangat ingin mencetak siswa yang tak hanya unggul di bidang akademik tetapi juga memiliki skill.

Henok saat berbincang dengan Solopos.com beberapa waktu lalu mengaku sangat suka wayang sejak SD. Ketertarikannya itu muncul karena setiap hari melihat bapaknya yang seorang dalang berkutat dengan wayang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya