SOLOPOS.COM - Ilustrasi spanduk warung olahan anjing di Kota Solo. (Youtube)

Solopos.com, SOLO – Mengonsumsi daging anjing bukan hal baru di Kota Solo, Jawa Tengah. Salah satu kuliner ekstrem populer di Solo berbahan dasar daging anjing adalah sengsu atau tongseng asu.

Selama ini konsumsi daging anjing di Kota Solo terus menjadi sorotan, apalagi belakangan kian ugal-ugalan. Namun menurut mantan Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo, perdagangan daging anjing untuk dikonsumsi sulit dilakukan karena sudah menjadi bagian dari tradisi kuliner.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dog Meat Free Indonesia pada 2019 mencatat setidaknya ada 82 warung makan yang menyediakan olahan daging anjing di Kota Solo. Guna memenuhi kebutuhan tersebut setiap bulan sekitar 13.700 ekor anjing dibantai di sana. Mayoritas anjing tersebut dipasok dar wilayah Jawa Barat.

Baca juga: Konsumsi Daging Anjing di Soloraya Tertinggi Se-Jateng

Ekspedisi Mudik 2024

Feri Arifianto, mahasiswa program studi fotograsi dari Institut Seni Indonesia (ISI) Solo pada 2017 lalu mengabadikan proses produksi, distribusi, dan konsumsi daging anjing melalui tugas akhir berjudul Sengsu.

Karya ilmiah itu ditulis berdasarkan observasi yang dilakukan di salah satu warung penjual olahan daging anjing di Komplang, Nusukan, Banjarsari, Solo. Laporan tersebut menceritakan detail proses produksi, distribusi, dan konsumsi daging anjing di Kota Solo.

Baca juga: Wisata Kuliner Keliling Jawa Tengah

Pemilihan Bahan Baku

Proses pengolahan daging anjing menjadi sengsu di warung yang berada di Solo itu diawali dengan memilih bahan baku utama, yaki anjing yang masih muda. Daging anjing muda dipilih karena teksturnya yang empuk.

Pembelian bahan baku biasanya dilakukan dua hari sekali. Anjing tersebut diantar langsung oleh produsen ke pemilik warung yang telah menjadi langganan.

Anjing tersebut biasanya dipasok dari Bandung, Jawa Barat. Selama perjalanan anjing dibius agar tidak terus menggonggong. Setelah tiba di tempat tujuan, daging anjing ditimbang dengan harga antara Rp22.000-Rp25.000 per kilogram.

Baca juga: 5 Kuliner Kambing Lezat Khas Solo, Nyam Nyam Nyam...

Proses Masak

Anjing itu kemudian dipindahkan ke kandang tanpa cahaya dan makanan sebelum akhirnya dibantai dengan cara dipukul dibagian belakang kepala. Kemudian kulit anjing dibakar untuk menghilangkan bulunya, dicuci, dan dipotong.

Sebelum dipotong, anjing yang sudah mati akan digantung dengan posisi kepala di bawah. Jagal biasanya akan memotong telinga anjing terlebih dahulu, dilanjutkan menggorok leher agar darah yang berada di dalam tubuh keluar.

Setelah itu kepala anjing dipotong dilanjutkan menyayat perut dan mengeluarkan isinya. Isi perut anjing itu dibersihkan dari kotoran dan sisa makanan yang kemudian dicampur dalam bahan masakan. Pemotongan dilanjutkan dengan memotong bagian paha atas, rusuk, tulang belakang, dan paha belakang.

Baca juga: 7 Lokasi Penjual Takjil di Solo

Semua potongan daging anjing ini biasanya dicincang untuk rica-rica, kecuali bagian paha belakang yang diolah menjadi sate karena memiliki daging yang tebal.

Daging anjing yang telah dipotong kemudian dibumbui dengan bumbu rahasia, termasuk untuk olahan sengsu khas solo. Butuh waktu sekitar dua hingga tiga jam untuk memasak daging anjing sampai empuk.

Setelah itu daging anjing dibawa ke warung di Solo untuk dijajakan menjadi berbagai olahan, yakni sate jamu, rica-rica, maupun sengsu. Konsumen kuliner ekstrem ini kebanyakan adalah pria berusia 25-60 tahun dengan berbagai latar belakang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya