SOLOPOS.COM - Seorang pria mengawasi bendera-bendera China yang dipasang menutupi pintu masuk restoran Jepang Suzhou Provinsi Jiangsu, Senin (17/9/2012). (Reuters)

Seorang pria mengawasi bendera-bendera China yang dipasang menutupi pintu masuk restoran Jepang Suzhou Provinsi Jiangsu, Senin (17/9/2012). (Reuters)

BEIJINGPerusahaan-perusahaan besar Jepang telah menutup pabrik-pabrik mereka di China, Senin (17/9/2012), dan mendesak para pekerja asing tinggal di rumah menyusul protes anti-Jepang yang meluas di China.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Perdana Menteri Jepang, Yoshihiko Noda, mendesak Beijing memastikan warga dan properti Jepang di negara itu dilindungi. Sengketa teritorial perebutan kepulauan di Laut China Timur telah mengancam hubungan perdagangan dan ekonomi dua raksasa Asia tersebut.

Sepanjang akhir pekan kemarin, aksi protes dan sejumlah penyerangan terhadap bisnis terkemuka Jepang di China seperti produsen mobil Toyota dan Honda menyebar di seluruh China.

Para warga Jepang di China pun ketakutan dan banyak yang memilih bersembunyi. “Saya tidak akan keluar hari ini dan meminta pacar saya yang asli China untuk menemani sepanjang hari besok,” kata Sayo Morimoto, 29, mahasiswi pascasarjana Jepang di sebuah universitasdi Shenzhen,China.

Hal serupa dilakukan seorang ibu rumah tangga, Kayo Kubo, yang tinggal diSuzhou. Menurutnya, para keluarga ekspatriat Jepang lainnya juga memilih tinggal di rumah karena khawatir menghadapi meningkatnya tensi protes di puluhankota.

“Adabegitu banyak orang dan saya belum pernah melihat sesuatu seperti itu. Ini sangat menakutkan,” katanya.

Perusahaan elektronik Jepang, Canon Inc akan menghentikan produksi tiga dari empat pabriknya diChinapada Senin dan Selasa (18/9/2012). Keputusan itu diambil menyusul peringatan protes besar-besaran pada Selasa dan dengan mempertimbangkan keselamatan karyawan mereka.

Sementara All Nippon Airways Co melaporkan meningkatnya jumlah pembatalan penerbangan keChina.

Juru bicara Kementerian Luar NegeriChina, Hong Lei, mengatakan pemerintah akan melindungi perusahaan dan warga negara Jepang, serta meminta para demonstran mematuhi hukum. “Konsekuensi serius akibat pembelian ilegal Jepang atas Kepulauan Diaoyu terus muncul. Tanggung jawab ini harusnya dipegang Jepang,” katanya pada konferensi pers, menyebut kepulauan sengketa yang dikenal sebagai Senkaku di Jepang.

China dan Jepang yang menghasilkan tahun lalu membukukan perdagangan dua arah senilai US$345 miliar, tengah bersitegang terkait status kepulauan tersebut. Sengketa pecah pekan lalu saat Jepang memutuskan membeli pulau-pulau yang berada di bawah kontrol pemerintahan Tokyo namun diklaim kepemilikannya oleh Beijing, dari pemilik perseorangan.

Selain memprotes keputusan yang dianggap sebuah provokasi itu, pekan lalu Beijing mengirim enam kapal pengawasan ke daerah yang diduga berisi cadangan besar gas alam itu. Suratkabar negara, Peoples’s Daily, Senin, menulis laporan tentang rencana pelayaran sekitar 1.000 kapal nelayan China menuju pulau-pulau itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya