SOLOPOS.COM - Salah satu adegan dalam pementasan sendratari Rama Tambak oleh Sanggar Satriya Budaya, Solo di open stage Taman Balekambang, Solo, Jumat (2/11/2012) malam. (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

Salah satu adegan dalam pementasan sendratari Rama Tambak oleh Sanggar Satriya Budaya, Solo di open stage Taman Balekambang, Solo, Jumat (2/11/2012) malam. (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

Perjalanan cinta antara Prabu Rama dan isterinya, Sinta, memang tak ada habisnya untuk diulas. Keromantisan cerita dua sejoli ini bahkan kadang bisa bikin ngiri. Malam ini, Jumat (2/11/2012), meski disertai rintikan gerimis, pentas Sendratari Rama Tambak, yang digelar di Panggung Terbuka Taman Balekambang tetap saja ramai dikunjungi penonton. Diawali dengan tarian Pangpung dan Manipuri, kisah penyeberangan Prabu Rama untuk menjemput sang isteri, Sinta, dimulai.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Adegan dilanjutkan kisah Sinta yang tengah menari di Taman Arga Soka, salah satu taman di Negeri Alengka. Saat menari dengan para dayang Alengka, Sinta ditemui Hanoman, salah satu utusan Prabu Rama. Sinta yang saat itu dikurung di Taman Soka oleh Rahwana, diberi Hanoman sebuah cincin dari Prabu Rama.

Cerita dilanjutkan dengan kisah ketika Prabu Rama akan menyeberangi Samudra Hindia menuju Alengka dibantu salah satu murid, Wibisana. Saat akan menyeberangi lautan tersebut, pasukan Prabu Rama dihalang-halangi oleh Pasukan Yuyu Rumpung, utusan Rahwana, agar mereka tak bisa sampai di Alengka. Namun rencana itu gagal, pasukan Prabu Rama berhasil menyeberangi lautan tersebut berkat bantuan Kapi Yuyu Kingkin. Cerita diakhiri dengan tewasnya adik Rahwana, Sarpakenaka, dalam peperangan saat akan menghalangi Prabu Rama.

Dipentaskan dengan durasi sekitar dua jam, kisah penyeberangan cinta Prabu Rama dalam Sendratari Rama Tambak malam itu cukup menghangatkan suasana malam di Balekambang yang awalnya sempat diguyur hujan deras. Meski pementasan sempat ditunda sekitar satu jam, antusiasme penonton tetap saja tinggi hingga akhir acara.

Dimainkan sekitar 100 pelajar dari Sanggar Satriya Budaya yang beralamat di Baluwarti, adegan saat Hanoman kobong yang disertai kepulan asap pekat membuat suasana semakin panas. Ditambah dengan lantunan gamelan slendro yang dimainkan sekitar 15 pengrawit, Rama Tambak sukses mengundang tepuk tangan dan tawa para penonton. “Pemainnya semua anak-anak, mulai dari usia TK samapai SMA. Kami memberdayakan mereka biar ikut latihan,” ucap pimpinan Sanggar Satriya Budaya, Ari Satriya Wibawa, Jumat malam, saat ditemui Espos sebelum pentas.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Solo, Widi Srihanto, yang juga hadir dalam pentas bulanan itu mengatakan acara semacam ini harus dilestarikan untuk menjaga identitas Kota Solo sebagai Kota Budaya. Saat membuka acara, ia yang mewakili Walikota Solo, FX Hadi Rudyatmo, sempat meminta para penonton mejaga perdamaian dan keamanan di Kota Solo. “Mari sennatiasa menjaga keamanan Kota Solo agar selalu nyaman dan aman,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya