SOLOPOS.COM - Kades Banyuanyar, Komarudin, saat mencuci muka di Sendang Mande Rejo di desa setempat setelah tradisi udan dawet, Jumat (14/10/2022). Sendang Mande Rejo adalah tempat yang disakralkan bagi warga desa Banyuanyar. (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI–Desa Banyuanyar di Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali ini memiliki sebuah tempat yang disakralkan bernama Sendang Mande Rejo.

Lokasinya berada di area Kali Punden dengan area yang dipenuhi pohon berdaun rimbun seperti beringin.

Promosi Jaga Jaringan, Telkom Punya Squad Khusus dan Tools Jenius

“Sendang Mande Rejo sangat sakral, sejuk, dan memang ada aura-aura mistis, tapi tidak semistis yang dibayangkan orang-orang sebenarnya,” ungkap salah satu warga Banyuanyar, Nanang Ari Yanto, 28, saat berbincang dengan Solopos.com via WhatsApp, Senin (17/10/2022).

Walaupun tidak terlalu mistis. Namun, Nanang meminta bagi siapa pun warga yang mengunjungi Sendang Mande Rejo harus tetap menjaga sopan santun dan tidak berbicara kotor.

Nanang mengatakan Sendang Mande Rejo adalah tempat ritual warga pada zaman dahulu. Untuk saat ini, warga hanya melestarikan adat-adat yang ada.

Baca Juga: Tradisi Udan Dawet, Ritual Unik Berisi Doa Minta Hujan Warga Banyuanyar

“Contoh ritual di sendang itu biasanya kalau sebelum reogan, para penampil seperti doa dulu di situ [sendang]. Mengambil airnya, dan katanya airnya itu juga cocok untuk menyembuhkan penyakit,” jelasnya.

Sementara itu, Kepala Desa (Kades) Banyuanyar, Komarudin, mengatakan Sendang Mande Rejo tersebut diperkirakan ada sudah sejak ratusan tahun.

Ia juga menceritakan bagi warga yang mencalonkan kepala desa maka akan dimohon hadir ke Sendang Mande Rejo untuk meminta doa restu.

Dirinya sendiri juga mengaku dulu juga datang ke sendang. Walaupun begitu, dia mengatakan dirinya tetap meminta restu kepada Tuhan Yang Maha Esa, hanya tempatnya berada di sendang.

Baca Juga: Meriah! Kenduri Udan Dawet Banyuanyar Boyolali Diserbu Ribuan Warga

“Kemudian setiap merti desa, maka akan ada nyanggar. Jadi misal saya punya sapi manak, atau sakit dan sudah sembuh. Kemudian misal ada anak yang sakit kemudian sembuh, maka saya akan sedekah di sendang. Wujudnya nanti makanan dan tarian gambyong bersama masyarakat,” kata dia saat dijumpai Solopos.com di lokasi, Jumat (14/10/2022).

Selain kegiatan merti desa, Komarudin mengatakan di sendang tersebut juga dilaksanakan tradisi Udan Dawet yang digunakan untuk meminta hujan. Tradisi tersebut dilaksanakan pada Jumat Pon pada mangsa keempat.

Ia juga menceritakan Sendang Mande Rejo kemungkinan masuk dalam sejarah petilasan keraton. Ia juga meyakini tempat tersebut sebagai tempat transit dan ritual bagi sesepuh serta Ki Ageng Yosodipuro, Ki Ageng Kebo Kenongo, Kebo Kanigoro, dan Ki Dadung Awuk.

Baca Juga: Kenduri Udan Dawet, Tradisi Warga Boyolali Memohon Hujan kepada Tuhan

“Ada juga kepercayaan dan sugesti terkait sendang ini, jadi ada orang yang jauh-jauh ke sini ingin terkait suatu hajat. Namun, kami melihat hal tersebut sebagai bentuk budaya. Kemudian, berkenaan dengan kepercayaan itu, apapun bentuknya, yang penting tetap meminta kepada Tuhan Yang Maha Esa,” kata dia.

Komarudin tak ingin menilai kegiatan orang dari tampak luarnya saja. Dia juga tak ingin berprasangka jika orang yang duduk di makam maka menyembah makam atau jika duduk di bawah pohon beringin maka akan menyembang beringin.

“Rahasia hati hanya kita dan Tuhan yang tahu. Yang penting kan hatinya meminta kepada Tuhan. Jadi jangan gampang men-judge itu perbuatan yang melawan akidan dan sebagainya,” jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya