SOLOPOS.COM - Ketua Yayasan Edukasi Anak Nusantara, KPH Wironegoro [di atas podium] saat membuka Diseminasi penelitian tentang pengembangan strategi untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengakomodasi kebutuhan seluruh anak di pesisir Gunungkidul, Selasa (29/8/2017). (JIBI/Irwan A. Syambudi)

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Gunungkidul meminta semua sekolah untuk dapat menyelenggarakan pendidikan inklusif

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Gunungkidul meminta semua sekolah untuk dapat menyelenggarakan pendidikan inklusif. Sehingga semua anak, termasuk anak berkebutuhan khusus memiliki kesempatan yang sama dalam memperoleh pendidikan.

Promosi Moncernya Industri Gaming, Indonesia Juara Asia dan Libas Kejuaraan Dunia

Salah satu upaya yang dilakukan Disdikpora Gunungkidul untuk dapat mengimplementasikan pendidikan inklusif adalah melalui kerjasama dengan sejumlah lembaga pendidikan.

Bersama dengan Yayasan Edukasi Anak Nusantara, Univesity of Sydney, dan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah mada (UGM), Disdikpora Gunungkidul mengelar Diseminasi penelitian tentang pengembangan strategi untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengakomodasi kebutuhan seluruh anak di pesisir Gunungkidul.

Melalui penyebarluasan ide hasil penelitian tersebut diharapkan semua sekolah mampu mengimplementasikan model pendidikan inklusif. “Semua sekolah harus menerima anak dalam kondisi apapun, tidak boleh tidak,” kata Kepala Disdikpora Gunungkidul, Bahron Rosyid usai membuka desimilasi penelitian di Ruang Rapat I Pemkab Gunungkidul, Selasa (29/8/2017).

Lanjutnya lagi saat ini memang sudah ada 254 sekolah di Gunungkidul yang telah mempraktekkan model pendidikan inklusif. Namun nantinya diharapkan melalui pengembangan kapasitas guru, semua sekolah dapat menerapkan pendidikan inklusif.

Asisten Peneliti dari Fakultas Psikologi UGM, Tia Inayatillah mengatakan peran guru sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif. Dalam penelitian yang dilakukan, untuk meminimalisir hambatan dalam penyelengaraan pendidikan inklusif, guru didorong untuk menggunakan pendekatan Universal Design for Learning (UDL).

Pendekatan UDL ini mekankan bagaimana guru dan pengembang kurikulum dapat mengidentifikasi dan meminimalkan hambatan dalam penyelenggaran pendidikan inklusif. Hal itu diantaranya dapat dilakukan melalui perencanaan pembelajaran yang efektif dengan berfokus pada keterlibatan siswa dalam belajar.

“Penelitian ini juga bertujuan untuk meningkatkan pemahaman guru tentang prinsip UDL. Meningkatkan kapabilitas dan sensitivitas dan meningkatkan keterampilan guru dalam mengelola kelas. Sehingga siswa mampu menghargai perbedaan,” jelasnya.

Sementara itu, Ketua Yayasan Edukasi Anak Nusantara, KPH Wironegoro mengatakan melalui penyelenggaraan pendidikan yang inklusif mampu meningkatkan kulitas Sumber Daya Manusia di daerah, khususnya di Gunungkidul. Penelitian yang dilakukan di pesisir Gunungkidul menurutnya dilatar belakangi dengan semakin berkembangnya kawasan pesisir.

Diharapkan masyarakat pesisir dapat lebih berkembang dan terdidik demi menghadapi perkembangan. “Nanti kalau bandara di Kulonprogo, dan Jalur Jalan Lingkar Selatan (JJLS) sudah jadi, masyarakat di pesisir tidak hanya jadi penontonnya saja tapi juga dapat menjadi pelaku utamanya,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya