SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO — Dinas Perdagangan Kota Solo menargetkan semua pedagang kaki lima (PKL) bisa berpartisipasi sebagai peserta dalam Solo Great Sale (SGS) 2020 mendatang. Hal ini demi meningkatkan daya saing perekonomian masyarakat Kota Solo pada event bulan belanja yang digelar setiap Februari.

Kepala Dinas Perdagangan Solo, Subagio, mengatakan seperti tahun sebelumnya sebanyak 44 pasar tradisional ikut serta dalam SGS 2019 ini. Pasar tradisional ini melibatkan setidaknya lebih dari 2.500 pedagang dalam SGS.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

“Disdag berkomitmen untuk menyukseskan SGS ini. Salah satunya adalah lewat keikutsertaan pasar tradisional yang ada di Solo. Di sisi lain, tahun depan kami akan ajak semua PKL,” ujarnya, dalam sambutan pada Semarak Promosi SGS di Plaza Sriwedari, Minggu (3/2/2019).

Lebih lanjut Subagio memaparkan pedagang pasar tradisional yang ikut serta melampaui target, yakni dari 2.000 menjadi 2.500 pedagang. Sedangkan untuk tahun ini baru PKL kuliner di Gladag Langen Boga (Galabo) yang terdiri atas 27 tenant turut serta.

Menurutnya, keikutsertaan pasar tradisional itu untuk menghidupkan aktivitas belanja agar makin eksis. Di sisi lain, hal itu sebagai bukti pasar tradisional tidak kalah dengan ritel modern.

Tak hanya itu, berbagai event pun siap digelar Disdag demi menyemarakkan SGS yang diselenggarakan untuk kali kelima ini. Hal yang utama adalah mengajak masyarakat untuk berbelanja di pasar tradisional. Selain itu, ada pula Semarak Jajanan Pasar atau disebut Pasar Krempyeng di Plaza Sriwedari, pada 24 Februari mendatang.

“SGS ini sebagai bukti jika Kota Solo ini ramah investasi bagi para pelaku usaha. Salah satunya lewat diskon yang diberikan tenant tanpa syarat yang memberatkan konsumen,” imbuhnya.

Kepala Bidang Pengembangan Perdagangan Disdag Solo, Budiaji Kristianawati, menambahkan berbarengan dengan SGS pihaknya menggelar lomba pasar tradisional. Lomba ini terdiri dari dua kategori, yakni pasar transaksi dengan nontunai dan pasar tradisional terheboh.

“Pasar nontunai ini kaitannya dengan menyukseskan program Pemerintah yang dipelopori Bank Indonesia lewat Gerakan Nasional Nontunai [GNNT]. Sedangkan pasar terheboh meliputi pengelolaan atau penataan, pelayanan, hingga keunikan pasar,” katanya.

Sementara itu, Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Solo selaku penyelenggara SGS, Gareng S Haryanto, menargetkan nilai transaksi untuk pasar tradisional bisa nomor satu. Tahun lalu nilai transaksi di 44 pasar tradisional mencapai lebih dari Rp30 miliar.

Angka ini dinilai belum maksimal karena dalam pelaksanaannya masih kerap menemui kendala teknis. Dari lima besar sektor bisnis yang berpartisipasi dalam SGS, pasar tradisional ini hampir mengalahkan hotel dan mal. Sedangkan dua sektor tertinggi, yakni otomotif dan transportasi bersaing ketat.

“Pasar tradisional targetnya untuk transaksi kalau bisa nomor satu, kalau enggak ya di bawahnya. Tahun lalu pasar tradisional di urutan ketiga untuk transaksi terbanyak. Kami tingkatkan terus supaya masyarakat belanja ke pasar tradisional. Soal input data transaksi jika pedagang tidak bisa, kami jemput bola dengan menyebar volunter agar tetap update,” jelasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya