SOLOPOS.COM - Salah satu pedagang beraktivitas di Pasar Beringharjo, Jogja, Senin (27/12/2021). (Sirojul Khafid/Harian Jogja)

Solopos.com, JOGJA — Setelah sempat naik tajam beberapa waktu terakhir, kini harga telur dan cabai di Kota Jogja mulai turun.

Menurut Kepala Bidang Ketersediaan, Pengawasan, dan Pengendalian Perdagangan Dinas Perdagangan Kota Jogja, Sri Riswanti, sejak 24 Desember harga telur naik secara signifikan. Sementara kenaikan cabai sudah secara bertahap sejak sekitar November.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Dari harga telur normal Rp22.000 – Rp23.000, harga terus naik sampai mencapai Rp30.000 – Rp35.000. Sementara untuk cabai, dari harga normal Rp36.000 merangkak naik menjadi Rp50.000 kemudian Rp70.000 sampai puncaknya pada Rp100.000.

“Lumayan siginifikan naiknya, termasuk agak tinggi yang telur dan cabai rawit. Sekarang harga telur sudah stabil di Rp31.000, meskipun ini masih tergolong tinggi. Sementara untuk cabai rata-rata Rp85.000,” kata Riswanti seperti dilansir Harian Jogja.

Baca Juga: Libur Natal 2021, Kunjungan ke Malioboro Tembus 7.500 Orang

Adapun penyebab naiknya harga cabai beberapa saat lalu lantaran faktor cuaca, dalam hal ini intensitas hujan tinggi yang menyebabkan produksi menurun. Untuk telur, kanaikan salah satunya diakibatkan dengan momen pemberian bantuan Program Keluarga Harapan (PKH).

“Trennya bisa kami pastikan saat PKH turun, ada kecenderungan harga telur naik. Selain itu momen hari raya seperti Natal juga membuat gejala sosial berupa meningkatnya perbelanjaan. Beberapa orang mendapat uang tunjuangan hari raya,” kata Riswanti.

Untuk penawaran atau stok telur sejauh ini cenderung stabil. Tidak ada penurunan produksi atau sejenisnya. Sejauh ini belum ada intervensi operasi pasar dari pemerintah daerah untuk telur dan cabai.

Adapun intervensi harga baru pada minyak goreng. Namun untuk minyak goreng kenaikan harga sudah sejak beberapa bulan lagi.

Baca Juga: Harga LPG Nonsubsidi Naik, Masyarakat akan Lebih Beralih ke Gas Melon?

Salah satu penjual telur di Pasar Beringharjo, Harjuno Mulia mengatakan umumnya harga tertinggi untuk telur Rp25.000. Namun kenaikan kali ini tergolong tinggi, serta sudah berlangsung selama sepekan.

Beberapa penyebabnya lantaran ada PKH serta permintaan yang tinggi saat Natal. Pola ini sering terjadi menjelang hari raya. Jadi ini bukan faktor dari peternak.

“Stoknya enggak ada, langka. Yang nyetorin saya enggak ada barangnya. Dari yang biasanya stok 30 peti, sekarang 20 peti perhari. Dampak pada penjualan ada, tapi tidak begitu berpengaruh besar,”kata Harjuno.

Baca Juga: Harga Telur dan Jagung Stabil Tinggi, Kemendag Belum akan Intervensi

Pembelian telur di pasar juga tidak berpengaruh pada besaran pembelian oleh pengusaha makanan. Salah satu pedagang lesehan di Malioboro, Harjito mengatakan mau tidak mau dia harus membeli telur. Itu untuk memenuhi menu jualannya.

“Ini enggak pengaruh, mungkin karena saat ini pas barengan musim liburan jadi enggak kelihatan. Meski harga telur di pasar naik, tapi saya tidak menaikkan harga jualan saya. Karena sudah ada standarnya,” kata Harjito.

Pedagang lesehan lain, Rini Pujiastuti juga tidak mengurangi belanja telur meski ada kenaikan. “Berpengaruh pada margin keuntungan, karena bahan baku naik,” kata Rini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya