SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Dok/JIBI/Solopos)

Kinerja ekspor menurun tahun ini namun diharapkan meningkat di akhir tahun.

Solopos.com, SOLO — Kinerja ekspor Solo menurun akibat belum pulihnya kondisi perekonomian dunia. Perbaikan ekonomi Amerika Serikat (AS) pun belum banyak mendongkrak kinerja di semester II karena adanya pesta demokrasi di negera tersebut.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Solo, Triyana, mengatakan nilai ekspor Solo pada semester I senilai US$12,08 juta. Diakuinya sejak Januari lalu ada tren penurunan, yakni dari US$3,01 juta menjadi US$1,34 juta pada Juni 2016. Namun menurut dia, hal tersebut wajar karena biasanya permintaan ekspor turun untuk periode tertentu.

“Kinerja ekspor triwulan II memang lebih rendah dari triwulan I. Hal ini karena dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dunia yang belum benar-benar pulih,” ungkap Triyana kepada wartawan, Senin (21/11/2016).

Namun dia mengatakan secara nasional perekonomian naik sehingga diharapkan pelaku usaha bisa memanfaatkan momen ini untuk meningkatkan penjualan di dalam negeri. Hal ini mengingat potensi pasar domestik sangat besar.

Meski begitu, Disperindag terus berupaya untuk meningkatkan kualitas produk dan kinerja dengan memberikan pelatihan mulai dari pengurusan administrasi hingga inovasi produk. Pendampingan pun terus dilakukan.

Kepala Seksi (Kasi) Perdagangan Luar Negeri Disperindag Solo, Endang K. Maharani, mengatakan ekspor dipengaruhi oleh banyak hal, di antaranya pasar, bahan baku, nilai tukar dolar, hingga tenaga kerja.

Dia menyampaikan adanya migrasi perusahaan tekstil dan produk tekstil (TPT) ke Soloraya, membuat perusahaan sulit mencari tenaga kerja. Namun dia menilai semester II ini mulai ada perbaikan karena biasanya permintaan akhir tahun meningkat untuk Natal dan Tahun Baru.

Ketua HIMKI Soloraya, Adi Dharma Santoso, mengungkapkan kinerja ekspor, pada triwulan IV mengalami kenaikan jika dibandingkan triwulan II. Pemesanan banyak berasal dari Amerika dan Eropa sebagai pasar tradisional eksportir Tanah Air. Meski begitu, permintaan dari AS belum ada peningkatan signifikan karena adanya pemilihan presiden.

Pemilik CV Yudistira Furniture, Yanti Rukmana, mengatakan menjelang akhir tahun merupakan high season permintaan ekspor. Apalagi perekonomian Amerika saat ini mulai pulih sehingga permintaan dari Negeri Paman Sam tersebut meningkat meski belum signifikan. Walau begitu, permintaan dari beberapa negara lain di Asia, seperti Tiongkok dan Korea Selatan juga mengalami kenaikan.

“Pasar furniture Indonesia terus bertambah, terutama untuk kawasan Asia. Produk yang dicari biasanya adalah solid wood karena Indonesia memang unggul di produk tersebut. Kalau di Amerika permintaan farmhouse dan country furniture juga banyak,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya