SOLOPOS.COM - Petani merawat tanaman porang di Dusun Babakan, Desa Cikoneng, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Selasa (4/1/2022). Kementerian Pertanian menargetkan luas tanam umbi porang pada tahun 2024 akan mencapai 100 ribu hektare dibandingkan saat ini yang baru 10 ribu hektare lahan. ANTARA FOTO/Adeng Bustomi/wsj.

Solopos.com, PADANG – Komoditas porang yang dulu sempat menjadi primadona kini memiliki harga jual yang anjlok hingga memusingkan kalangan petani kalangan petani di Provinsi Sumatra Barat.

Ketua Perkumpulan Petani Penggiat Porang Nusantara (P3N) Sumbar Dirmansyah mengatakan saat ini harga porang tengah mengalami tren penurunan dari Rp14.000 per kilogram kini menjadi Rp3.800 per kilogram.

Promosi Layanan Internet Starlink Elon Musk Kantongi Izin Beroperasi, Ini Kata Telkom

“Kondisi ini membuat petani porang mulai redup semangatnya, tak seperti dulu. Apalagi ekspor porang terhenti, yang dulunya pernah dikirim ke China, membuat porang mulai ditinggalkan,” katanya seperti dilansir dari Bisnis.com, Senin (17/10/2022).

Penurunan harga porang itu terjadi karena China menutup keran ekspor porang. Langkah itu dilakukan untuk menyikapi situasi pandemi Covid-19 yang menunjukan peningkatan kasus.

Selang beberapa bulan kemudian, China kembali membuka keran ekspor. Namun, China memberikan syarat baru kepada pelaku ekspor porang di Indonesia. Syarat baru itu adalah porang yang dijual harus dari petani yang sudah disertifikasi.

Baca Juga: Petani Sukoharjo Bikin Tepung Glukomanan dari Porang Seharga Rp400.000 per Kg

“Untuk sertifikasi petani porang itu tujuannya bagus sih, cuma untuk sebuah komoditas porang yang belum begitu populer di Indonesia, maka sertifikasi dianggap petani sebuah hal yang menyulitkan,” ungkap dia.

Dirmansyah menyebutkan kendati keinginan petani untuk menanam porang telah surut, P3N meminta petani tetap bertahan. Saat ini, P3N tengah merancang untuk mengurus hulu hilir porang tersebut.

Salah satu hal yang dipersiapkan P3N adalah mendirikan pabrik pengolahan porang dengan berbagai produk. Dengan demikian, produksi porang di Sumbar tidak bergantung pada ekspor, tapi bisa dijual ke pabrik. “Untuk mendirikan pabrik itu kita butuh dana sekitar Rp15 miliar. Jadi sembari menunggu adanya investor, kita perlu memperluas lahan porang,” ujarnya.

Baca Juga: Teknologi Terbaru Universitas Jember, Anggrek Tumbuh Lebih Cepat Empat Bulan

Dirmansyah menjelaskan saat ini luas perkebunan porang di Sumbar 150.000 hektare. Untuk mengoperasikan pabrik porang minimal harus mempunyai lahan 300.000 hektare. Untuk itu P3N menargetkan perluasan lahan bisa dilakukan dari tahun ke tahun untuk wilayah Sumbar.

“Lahan pertanian porang di Sumbar tersebar di seluruh daerah, termasuk di Kabupaten Kepulauan Mentawai juga ada bertanam porang, karena porang merupakan jenis umbi-umbian yang dapat tumbuh di hutan,” ujarnya. Namun, masing-masing petani memiliki lahan yang tidak terlalu luas untuk menanam porang. Sebagian petani bahkan hanya memanfaatkan pekarangan rumah untuk budi daya porang menggunakan polybag.

Persoalan lain yang membuat petani merasa harga Rp3.800 per kilogram itu tidak wajar, karena masa panen umbi porang tersebut cukup panjang. “Porang ini kalau untuk umbiannya itu panen selama 8 bulan dengan berat satu buah porang itu mencapai satu hingga tiga kilogram,” sebutnya.

Baca Juga: Berkat 4 Sumur Dalam, Petani di Jaten Wonogiri Tak Lagi Waswas Kesulitan Air

Rencana Pendirian Pabrik Porang Dirmansyah memaparkan rencana pendirian pabrik porang itu berada di wilayah Kota Padang. Kota ini dipilih karena memiliki akses yang dekat menjangkau sejumlah kabupaten dan kota, dan lebih dekat untuk melakukan ekspor.

Nilai investasi pabrik itu diperkirakan Rp15 miliar, yang terdiri dari sejumlah peralatan pengelolaan untuk memproduksi sejumlah produksi yang terbuat dari porang. Mulai dari chips porang, tepung porang, dan berbagai produk lainnya. “Produk porang ini kalau bisa diproduksi dan diminati, banyak manfaat, dan dapat dikonsumsi oleh orang penderita diabetes,” sebutnya.

Agar komoditas porang itu mendapat tempat di hati masyarakat, perlu adanya dukungan dari pemerintah sehingga produksi olahan porang memiliki pasar yang bagus. “Jadi kalau pabrik ini jalan, kita tidak bergantung pada ekspor lagi. Tapi cukup jual ke pabrik dan nantinya akan dikonsumsi untuk lokal maupun dalam negeri,” tutupnya.

Baca Juga: Dam Colo Sukoharjo Ditutup, Perum Jasa Tirta: Elevasi Air Sudah Posisi Terendah

Dirmansyah berharap petani porang yang ada saat ini tetap bertahan dan tetap membiarkan porang yang telah ditanam memasuki masa panen. Bagi masyarakat yang ingin menanam porang, bisa membeli bibit dengan harga yang lebih murah, ketimbang awal-awal porang diperkenalkan di Sumbar, di mana ketika harga bibit terbilang cukup tinggi.

“Kalau bingung mau tanam di mana, sebenarnya bisa ditanam di hutan. Karena porang ini tanaman liar. Jadi tidak perlu membabat hutan untuk mendapatkan lahan. Tapi biar hutan hijau, nanti ditanami bibit porangnya,” ucap Dirmansyah.

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul Harga Anjlok, Petani Porang di Sumbar Berharap Ada Pabrik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya