SOLOPOS.COM - Ketua Umum Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Ramdan Effendi atau lebih dikenal dengan nama Anton Medan enyampaikan orasi budaya dalam Seminar Nasional Nasionalisme Tionghoa untuk Indonesia di Semarang, Jateng, Sabtu (27/8/2016).(JIBI/Solopos/Antara/Aditya Pradana Putra)

Seminar Semarang yang digelar Forum Wartawan Pemprov/DPRD Jawa Tengah (FWPJT) menghadirkan Anton Medan dan tokoh nasional etnis Tionghoa lainnya.

Semarangpos.com, SEMARANG — Ketua Umum Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Ramdan Effendi atau lebih dikenal dengan nama Anton Medan mengingatkan peran masyarakat etnis Tionghoa dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Salah satunya, orang Tionghoa yang rumahnya di Rengasdengklok, Jawa Barat menjadi tempat penyusunan naskah proklamasi. Namun, memang tidak banyak diekspose,” katanya saat Diskusi Nasionalisme Tionghoa Untuk Indonesia yang diprakarsai Forum Wartawan Pemprov/DPRD Jawa Tengah (FWPJT) di Semarang, Sabtu (27/8/2016).

Ekspedisi Mudik 2024

Mantan penjahat kelas kakap yang kini telah insyaf itu menjelaskan masyarakat etnis Tionghoa memang ditekan semasa pemerintahan Presiden Soeharto, termasuk dalam penamaan yang harus bernuansa lokal. Ia juga tidak sepakat dengan penyebutan kalangan minoritas dan mayoritas yang justru kerap menimbulkan diskriminasi, sebab semua warga negara Indonesia (WNI) sama kedudukan, hak, dan kewajibannya.

Dalam diskusi itu, pria kelahiran Tebing Tinggi, Sumatra Utara, 10 Oktober 1957 itu juga menceritakan sejarah masa lalunya yang hitam sampai kemudian memutuskan bertobat dan memeluk agama Islam. “Saya dilahirkan dari keluarga yang beragama Buddha, kemudian sempat masuk Kristen sebelum memutuskan [memeluk] Islam. Bagi saya, agama itu bukan pelengkap hidup, namun pedoman hidup,” katanya.

Pemilik Marimas Group Haryanto Halim yang juga tampil sebagai pembicara dalam seminar Semarang itu membenarkan banyak tokoh keturunan Tionghoa yang berperan dalam perjuangan kemerdekaan, namun selama ini tidak banyak diketahui dalam sejarah. “Banyak Tionghoa yang kiprahnya besar dan memberikan yang terbaik untuk bangsa Indonesia. Bagaimana mereka mencintai bangsanya,” katanya seraya menjelaskan peristiwa bersejarah di Rengasdengkok.

Hadir pula dalam seminar di Semarang itu Presiden Komisaris Dafam Group Soleh Dahlan, founder batikmal.com Ariyani Matius Maun, aktivis perempuan dan anak Dewi Susilo Budiharjo, dan diaspora Indonesia Lian Guow. Mereka sama-sama menyepakati bahwa nasionalisme masyarakat keturunan China atau etnis Tionghoa sudah tidak perlu diragukan lagi dengan kiprah dan peranan dalam membangun Indonesia yang lebih baik ke depan.

“Saya tidak pernah merasa sebagai Tionghoa atau China. Namun, bagaimana [bisa membuat] produk Indonesia menjadi raja di negeri sendiri, dan setelah itu menjadi raja di dunia,” kata Ariyani.

 

KLIK DI SINI untuk Berita Sebelumnya.
KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya