SOLOPOS.COM - Seminar keroncong di Pose In Hotel, Sabtu (15/9/2012). (Tri Rahayu/JIBI/SOLOPOS)

Seminar keroncong di Pose In Hotel, Sabtu (15/9/2012). (Tri Rahayu/JIBI/SOLOPOS)

SOLO–Legalitas keroncong harus diperjuangkan, jangan sampai keroncong diklaim milik negara lain. Perjuangan itu menjadi tanggung jawab para seniman keroncong di Indonesia. Persoalan itu mencuat dalam Seminar Nasional bertajuk Keroncong Menuju Masa Depan di Hotel Pose In Solo, Sabtu (15/9/2012).

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Seminar yang dibuka Wakil Walikota (Wawali) Solo FX Hadi Rudyatmo dihadiri ratusan peserta perwakilan penggemar dan seniman keroncong dari sejumlah daerah di Indonesia. Hadir dalam seminar itu tiga orang pembicara, di antaranya Seniman Keroncong Singgih Sanjaya , Akademisi ISI Solo Danis Sugiyanto dan Seniman Keroncong Koko Thole yang sering muncul di televisi nasional.

Ketua Hamkri Solo, Willy Tandio Wibowo, saat dijumpai di sela-sela seminar, mengungkapkan keroncong ke depan enggak hanya dinikmati oleh kalangan orang tua, melainkan bisa digandrungi anak muda.

Menurut dia, dengan seminar ini diharapkan bisa memunculkan ide baru dalam pengembangan keroncong agar bisa disenangi anak muda.

“Gagasan apa yang muncul dalam seminar ini akan ditindaklanjuti Hamkri Solo dengan pembahasan yang lebih serius. Kami mencatat ada 80 grup keroncong di Solo. Kami berharap musik keroncong ini bisa dimainkan anak-anak muda. Grup keroncong anak-anak muda mulai muncul, itu harus direspons serius. Kami berobsesi keroncong ini bisa abadi dan mendunia tapi jangan sampai diklaim milik negara lain,” ujar Willy.

Singgih Sanjaya menyajikan makalah tentang musik keroncong yang digarap secara serius. Sejumlah musik keroncong dengan aransemen modern diperdengarkan untuk menunjukkan kepada peserta bahwa keroncong bisa berkembang secara dinamis.

Dia mencontohkan salah satu keroncong hasil ciptaannya yang dikemas menjadi musik komposisi. Contoh-contoh musik keroncong yang disajikannya menjadi daya tarik tersendiri bagi peserta.

Seorang tokoh keroncong di Solo, Sarsito, menanggapi seminar itu dengan menitipkan pesan agar jangan sampai keroncong yang asli Indonesia ini dicuri negara lain. Dia mengamini pernyataan Wawali yang berpesan agar seniman keroncong bisa tetap menjaga keroncong tetap asli Indonesia.

Pendapatnya didukung Sukardi, seorang penggemar keroncong asal Banjarmasin. Dia mengaku pernah mendebat pernyataan seorang menteri yang mengatakan keroncong berasal dari Portugis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya