SOLOPOS.COM - Konsultan bisnis nasional, Yuswohady, menyampaikan materi tentang teknik membangun branding bagi para UMKM dalam seminar yang digelar di Lavender Room Hotel Grand Orchid Solo, Sabtu (19/10/2013).( Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO—Seratusan pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Kota Solo mendapat bekal tentang strategi menciptakan branding produk sebagai senjata untuk melawan kapitalisme global di Hotel Grand Orchid Solo, Sabtu (19/10).

Acara yang dikemas dalam bentuk seminar itu menjadi gerakan awal kebangkitan UMKM sebagai kekuatan ekonomi nasional, mengingat dari 55 juta UMKM di negeri ini baru 1% di antaranya yang sadar tentang branding produk.

Promosi Cuan saat Ramadan, BRI Bagikan Dividen Tunai Rp35,43 Triliun

Seminar yang digelar Terasolo bersama Komunitas Memberi itu menghadirkan sosok pengusaha kreatif asal Jogja dan Solo serta seorang konsultasn bisnis nasional.

Para pembicara itu terdiri atas Wahyu Liz, pencipta produk kaus plesetan asal Yogyakarta. Hadir pula Made Ayu Aryani, pemilik Reina Herbal Drink Café di Jl Ronggowarsito No 10 Kampung Baru, Solo. Pakar marketing yang menulis 50 unit buku, Yuswohady, pun turut melengkapi sesi terakhir dalam seminar bertema Marketing & Branding, Membangun UMKM Indonesia yang Berdaya Saing Global.

“Kedaulatan ekonomi Indonesia saat ini seperti di ujung tanduk. Semua kebutuhan penduduk Indonesia sehari-hari didominasi oleh produk-produk perusahaan besar asing yang notabene merupakan kapitalisme global. Bisa dilihat, mulai dari sikat gigi, pasta gigi, sabun mandi dan seterusnya merupakan produk perusahaan asing semua. Hal itu merupakan penjajahan bentuk baru. Jika hal ini dibiarkan maka Indonesia bisa bangkrut dan rupiah pasti melemah sampai Rp30.000/dolar,” ujar Yuswohady saat dijumpai wartawan di sela-sela seminar di Lavender Room, Sabtu siang.

Yuswohady menyebut jumlah UMKM di Indonesia mencapai 55 juta, sedangkan jumlah perusahaan asing dengan branding besar hanya sekitar 5.000 perusahaan. Angka 55 juta UMKM itu, kata Yuswo, menjadi kekuatan ekonomi nasional, karena UMKM itu bisa menyerap tenaga kerja sampai 80%. Namun, kesadaran mereka tentang membangun branding, menurut dia, hanya sekitar 1%. Yuswo menegaskan membangun branding itu memang membutuhkan kesadaran dan harus dilakukan secara bertahap.

“Untuk menumbuhkan kesadaran itu, salah satu upayanya ya melalui gerakan seperti ini. Mereka diberi pengetahuan tentang strategi bisnis, membangun sistem dan teknologi,” imbuhnya.

Terasolo menyebut jumlah UMKM di Solo mencapai 11.000 usaha. Hanya sebagian kecil pelaku UMKM yang hadir dalam seminar itu. Wahyu Liz memberi inspirasi bagi mereka tentang bagaimana berfikir out of the box atau berfikir kreatif. Ia bisa memanfaatkan peluang dengan menciptakan kaus plesetan.

Bekas karyawan kaus Dagadu itu tak sekadar membikin kaus dengan coretan gambar lucu, tetapi karya Wahyu itu memiliki nilai tambah yang tidak lain bisa membuat orang gembira.

“Saya buat produk itu yang penting saya puas. Saya tak pernah berfikir kaus ini laku atau tidak. Ternyata kaus bikinan saya laku dan saya bisa membuka cabang di berbagai daerah dengan ciri khas daerah masing-masing,” tambahnya.

Berbeda dengan Ayu, sapaan Made Ayu Aryani. Ayu justru menciptakan brand baru dari produk jamu. Ia berusaha menghilangkan mindset masyarakat tentang jamu. Ayu mengemas depot jamu dengan nuansa berbeda, yakni berbentuk kafe di jantung Kota Bengawan. Minuman tradisional itu bukan lagi sebagai obat dengan khasiat masing-masing, tetapi jamu dikemas menjadi lifestyle anak muda masa kini.

“Produk saya tidak hanya dikenal orang Solo, tapi dikenal banyak turis mancanegara. Saya tidak perlu ekspor, tapi cukup menggandeng para pelaku jasa traveling untuk mengenalkan produk itu,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya