Solopos.com, SEMARANG – Sejumlah tenaga kesehatan RSUP Kariadi Semarang yang dinyatakan telah sembuh dari Covid-19 takut pulang ke indekos.
Hal itu terjadi akibat stigma yang berkembang di masyarakat tentang tenaga kesehatan yang menangani pasien Covid-19. Seperti diketahui ada tenaga kesehatan yang diusir dari indekos bahkan jenazahnya ditolak.
Promosi Cuan saat Ramadan, BRI Bagikan Dividen Tunai Rp35,43 Triliun
Stigma ini pun membuat tenaga kesehatan yang berjuang di garda terakhir penanganan wabah virus corona ketakutan. Bahkan, beberapa di antara mereka sampai takut pulang ke tempat tinggalnya, terutama yang menghuni indekos.
Kasus ini dialami tenaga kesehatan RSUP dr Kariadi Semarang yang sejak dua pekan lalu menjalani isolasi di Hotel Kesambi Hijau. Kendati sudah dinyatakan sembuh dari Covid-19, tenaga kesehatan RSUP Kariadi Semarang tidak berani pulang ke indekos.
Janda Tua Sebatang Kara di Kampung Sidomulyo Sragen Ngaku Tak Pernah Dibantu Pemerintah
Hal itu diungkapkan Prof. Zainal Muttaqin saat mengikuti acara diskusi online di channel Youtube Cendekia TV Jateng, Senin (27/4/2020) malam.
“Banyak dari kami yang tidak berani pulang, terutama yang tinggal di kos. Padahal mereka sudah dinyatakan negatif [sembuh]. Mereka butuh surat keterangan dari rumah sakit yang menyatakan mereka negatif. Sebelum ada SK itu enggak diizinkan kembali oleh RT, kos. Jadi seolah-olah penyakit ini aib,” ujarnya.
Stigma Sosial
Zainal mengaku permasalahan stigma sosial ini sangat meresahkan tenaga kesehatan yang berjuang melawan pandemi Covid-19. Ia menilai masalah ini terjadi akibat ketidakpahaman masyarakat tentang pandemi Covid-19.
Resep Kakek 72 Tahun Asal Sidoharjo Sragen Sembuh dari Corona
“Mayat yang sudah dibungkus plastik, yang udah enggak bisa nulari saja enggak diterima. Apalagi, kami,” tutur dokter yang juga berprofesi sebagai dosen Universitas Diponegoro (Undip) Semarang itu.
Zainal pun berharap pemerintah memberikan edukasi secara masif kepada masyarakat terkait persebaran Covid-19.
Menurutnya, persebaran Covid-19 sebenarnya bisa berjalan efektif andaikan masyarakat mengikuti anjuran pemerintah tentang social distancing dan physical distancing.
“Virus ini kan kalau enggak dites enggak ketahuan. Kalau mau nurut untuk isolasi selama 14 hari, sebenarnya enggak perlu dites. Isolasi 14 hari virusnya sudah hilang,” tuturnya.