SOLOPOS.COM - Rumah warga di Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Demak, yang tenggelam akibat abrasi. (Youtube)

Solopos.com, SEMARANG – Pakar lingkungan dan tata kota dari Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang, Dr Milla Karmilah, menilai prediksi yang menyebutkan tiga wilayah Jateng, yakni Pekalongan, Semarang, dan Demak bakal tenggelam cukup beralasan.

Hal ini dikarenakan ketiga wilayah itu mengalami penurunan permukaan tanah yang parah, yakni 10 sentimeter (cm) setiap tahunnya.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Sebelumnya, pernyataan Semarang, Pekalongan, dan Demak bakal tenggelam disampaikan Kepala Laboratorium Geodesi ITB, Dr Heri Andreas. Bahkan ahli geodesi ITB itu menyebut Semarang dan Pekalongan akan tenggelam lebih dulu dibanding Jakarta karena penurunan tanah atau land subsidence yang masif.

“Mungkin prediksi itu bisa jadi. Apalagi di sepanjang pantura dari Pekalongan hingga Demak itu penurunan permukaan tanahnya cukup masif, sekitar 10 sentimeter [cm] per tahun,” ujar Milla kepada Semarangpos.com, Rabu (4/8/2021).

Baca juga: Lukas Jayadi, Terdakwa Penembakan Mobil Bos Duniatex Divonis 10 Tahun Penjara

Milla mengaku penurunan permukaan tanah di pesisir pantura Jateng disebabkan berbagai faktor. Mulai dari ekstraksi air tanah hingga pembangunan kawasan industri di wilayah pesisir.

“Kalau ini [penurunan tanah] jadi masalah, tentunya Pemerintah Provinsi [Pemprov] Jateng sudah mulai mengambil berbagai kebijakan untuk mengatasi. Tapi, sejauh ini kan belum,” ujar Milla.

Milla mengaku penuruan tanah di wilayah pesisir Jateng sebenarnya bukan suatu hal yang baru. Masalah ini terbilang klasik dan memberi dampak bagi warga di kawasan tersebut setiap tahun.

Dampak dari penurunan tanah ini pun bisa dilihat dari banjir yang melanda di kawasan pesisir pantai utara Jateng, seperti Pekalongan, Demak, dan Semarang setiap tahunnya.

Baca juga: Transaksi Jual-Beli Tanah di Sukoharjo Meroket di Tengah Pandemi

Pemerintah sebenarnya memiliki solusi mengatasi banjir itu dengan membangun tanggul laut yang juga bagian dari pembangunan Tol Semarang-Demak. Meski demikian, Milla menilai pembangunan tanggul itu bukan solusi yang tepat.

“Pembangunan tanggul itu hanya satu dari sekian banyak upaya. Pembangunan tanggul hanya bisa mengatasi masalah di satu kawasan. Sementara yang mengalami penurunan tanah banyak,” ujar Milla.

Baca juga: Bukan Cuma Pekalongan, Semarang & Demak Juga Terancam Tenggelam

Menurut Milla, solusi yang tepat mengatasi penurunan permukaan tanah adalah dengan mulai membatasi pembangunan industri di kawasan pesisir dan juga ekstraksi air tanah yang masif.

“Pembangunan kawasan pesisir harus ramah lingkungan. Itu solusi yang tepat. Apalagi kita lihat kan industri di pesisir itu kan kebanyakan manufaktur, sehingga membutuhkan pengambilan air tanah dalam jumlah besar. Itu menjadi penyebab land subsidence,” tuturnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya