SOLOPOS.COM - Kompleks rumah subsidi di Perumahan Griya Sidomulyo Asri, Teras, Boyolali, Jumat (12/8/2022). Daerah tersebut dihuni sekitar 100 unit. (Solopos.com/Ni’matul Faizah).

Solopos.com Stories

Solopos.com, BOYOLALI – Wakil Ketua Bidang organisasi, Anthony A. H. Prasetyo, mengatakan kendala khusus yang masih ditemui developer rumah subsidi di Boyolali adalah status lahan sebagai Lahan Sawah Dilindungi (LSD).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Umumnya susah menjual. Tapi para developer REI yang kesulitan menjual, kami fasilitasi dengan mengadakan pelatihan marketing, diajarkan sampai mereka bisa menjual habis rumah subsidi nya,” Ucap dia melalui telepon WhatsApp, Rabu (10/8/2022).

“Perkembangan nya rumah subsidi Boyolali kalau di kota, di Mojosongo, dekat-dekat situ [Boyolali] laku. Tapi sekarang masih ada yang terkendala LSD. Sehingga pengembang susah mencari lahan,” ucap dia.

Menurut mantan ketua REI itu, ketersediaan lahan yang masuk dalam zona kuning [diizinkan untuk dibangun perumahan] masih sedikit. Sehingga ekspansi dari rumah subsidi saat ini masih berkoordinasi dengan Badan Pertanahan Nasional (BPN).

“Dari Pemerintah Kabupaten Boyolali, banyak sekali boyolali itu yang hijau [zona yang dikhususkan untuk pertanian], kemudian ada yang kuning tapi untuk LSD,” ucap dia.

Baca juga: 7.000-an Unit Rumah Subsidi akan Dibangun di Boyolali, Wilayah Mana?

Meski demikian, antusias dari para developer tidak surut begitu saja. Boyolali masih tetap dilirik banyak developer dari luar daerah. Anthony menjelaskan, Banyak developer dari Kota Solo yang mendirikan rumah subsidi di Boyolali.

“Mereka menyasar daerah pinggir kota solo seperti Pengging, Banyudono, Teras,” ucap dia. Soal pembebasan lahan, para developer mempertimbangkan beberapa aspek, diantaranya dekat dengan pemukiman dan atau dekat dengan industri.

Ia menyontohkan daerah tersebut seperti Pengging dan Teras. Setelahnya, ia memberikan tanggapan soal perkembangan rumah subsidi yang bagus di Cengklik, namun para developer cukup keberatan dengan mahalnya harga tanah di daerah itu.

“Harga tanah sudah mahal. Harga jual dasar tanahnya sudah mahal, jadi develop tidak bisa masuk,” ucap dia.

General Marketing PT Heda Karya, Khiban, Kamis (11/8/2022) menjelaskan potensi pasar kedepan untuk rumah subsidi di Boyolali diprediksi semakin bagus.

Baca juga: 7.000-an Unit Rumah Subsidi akan Dibangun di Boyolali, Wilayah Mana?

“Sejak tahun 2020, pasar untuk rumah subsidi sudah bagus di Boyolali. Semakin kesini, kebutuhan rumah oleh warga akan semakin bertambah,” kata Khiban.

“Selain itu, kedepannya wilayah Boyolali yang dibangun tol akan semakin ramai, sehingga permintaan pasar kemungkinan akan semakin banyak,” tambah Khiban.

Sebelumnya, Ketua Assosiasi Real Estate Indonesia (REI), Maharani mengatakan pandemi sempat membuat developer rumah subsidi di Boyolali maupun wilayah lainnya kepayahan dalam mengembangkan usaha mereka.

Saat itu harga rumah subsidi bahkan pernah anjlok hingga Rp80 juta per unit. Padahal harga normal saat ini adalah Rp150 juta hingga Rp160 juta per unit.

“Waktu pandemi kemarin, sangat memberikan dampak terhadap para developer, mereka sampai menjual di bawah standar, pada kisaran Rp100 juta bahkan ada yang Rp80 juta,” terangnya.

Baca juga: Hampir Target, Program Sejuta Rumah Per November Tembus 931.592 Unit

Namun, Maharani mengatakan harga rumah subsidi di Boyolali dan sekitarnya sekarang ini mulai normal. Harga pada 2021 sekitar  Rp150 juta, dan terakhir saat ini kisaran Rp160 juta per unit.

Lebih lanjut, Maharani mengatakan hampir semua wilayah di kecamatan boyolali berpotensi dibangun perumahan subsidi.

“Beberapa titik yang berpotensi di kecamatan Boyolali sudah dijangkau developer perumahan subsidi, di antaranya Kecamatan Teras, Pengging, Mojosongo, Cengklik, Kragilan. Paling banyak di Mojosongo, Teras juga banyak. Di Ampel ada, di Tlatar juga ada,” ucapnya pada Rabu (10/8/2022).

Sesuai peraturan pemerintah, ukuran rumah subsidi di Boyolali dan lainnya sudah ditentukan dan harga rumah subsidi sudah ditetapkan. Ukuran luas rumah subsidi 60 meter persegi.

Harganya dipatok mulai dari Rp140 juta, kemudian naik menjadi Rp150 juta, dan terakhir saat ini kisaran Rp160 juta.



Baca juga: BTN Targetkan Pembiayaan 200.000 Rumah Bersubsidi Tiap Tahun

“Harga subsidi tidak ada masalah, tapi sepertinya kelas masyarakatnya yang meningkat. Sekarang masyarakat mulai juga tertarik pada harga perumahan nonsubsidi,” kata Maharani.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya