SOLOPOS.COM - Talkshow Imlek yang digelar Solopos, Senin (15/2/2021). (Tangkapan layar)

Solopos.com, SOLO – Perayaan Imlek tahun ini memang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, karena pandemi Covid-19. Namun semangat silaturahmi harus tetap terjaga dengan beragam cara demi menjaga rasa persaudaraan saat imlek.

Menurut Tokoh Tionghoa Solo, Sumartono, yang terpenting dalam setiap perayaan imlek adalah silaturahmi. Agar masing-masing tahu siapa saudaranya dan siapa leluhurnya, sehingga tali persaudaraan tetap terjaga.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Jadi di perayaan Imlek silaturahmi yang utama. Jika tahun lalu bisa berinteraksi langsung, di masa pandemi harus berinovasi, salah satunya melalui video call. Semangat inilah yang selalu kita jaga,” ujar Sumartono saat hadir secara virtual di Talkshow Imlek yang digelar Solopos, Senin (15/2/2021).

Selain menghadirkan Sumartono, talkshow yang dipandu Redaktur Pelaksana Solopos, Syifaul Arifin juga menghadirkan narasumber lainnya. Yakni, Ketua Umum Jogja Chinese Art and Culture Centre (JCACC) Tandean Harry Setio Subagyo.

Baca jugaTahun Baru Imlek Di Kelenteng Pasar Gede Solo, Pelita Abadi Menyala 15 Hari

Lebih jauh, Sumartono menyebut semangat imlek di tengah kebinekaan dan pandemi adalah dengan tetap menjaga persaudaraan dan terus berinovasi. Menurutnya Indonesia itu negara yang luar biasa.

“Semua tahu ada beragam suku dan budaya di negara ini. Masing-masing suku memiliki kemampuan yang berbeda dan bisa saling mengisi. Itulah kekuatan Indonesia. Coba kalau hanya satu suku dengan satu kemampuan saja,” jelasnya.

Sumartono pun merasa bangga dengan kondisi Kota Solo yang semuanya merasa memiliki dan merasa menjadi Wong Solo tanpa lagi memandang SARA. “Sebagai contoh ketika perpolitikan agak memanas, semua ingin Solo tetap kondusif. Dan itu bisa terjaga hingga saat ini,” ujar Sumartono mengulas semangat imlek.

Bahkan kebersamaan itu pun terlihat dari beragam makanan di Indonesa diadopsi dari negara lain yang disesuaikan dengan kuliner lokal. Seperti bakso yang aslinya dari China menjadi makanan favorit yang kemudian diinovasikan dengan adanya menu bakso mercon, bakso beranak dan sebagainya.

Baca juga: Sam Poo Kong Semarang Tanpa Perayaan Imlek 2021

Seni Budaya dan Olahraga

Sementara Ketua Umum Jogja Chinese Art and Culture Centre (JCACC) Tandean Harry Setio Subagyo berbicara kebinekaan terkait Imlek. Di mana melalui seni, budaya, dan olahraga semua bisa bersatu. Akulturasi juga menjadi hal yang mulai biasa di negeri ini.

“Apalagi sejak era Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur saat itu. Di mana seni budaya dari China pun diperbolehkan tampil, termasuk perayaan imlek. Sehingga seperti barongsai pun saat ini tidak hanya keturunan Tionghoa saja yang memainkannya,” jelas Harry berbicara soal semangat imlek.

Kemudian untuk olahraga, seperti bulutangkis menurut Harry, semua satu yakni Indonesia. Itu terjadi ketika tim Indonesia melawan negara lain di ajang internasional. Tak lagi memandang yang main dari suku mana, apa agamanya, yang ada pebulutangkis Indonesia.

Bahkan, tambah Sumartono, olahraga wushu yang dikembangkan di sasana olahraga milik Perkumpulan Masyarakat Surakarta (PMS) atlitnya tidak hanya dari keturunan Tionghoa. Salah satu atlet wushu perempuan dari Kota Solo mengenakan jilbab.

“Ini menandakan olahraga mampu menyatukan kebinekaan untuk kemajuan Indonesia. Yang penting dengan semangat Imlek, mari membangun bersama Indoneisa dengan optimisme. Kendati saat ini tengah pandemi,” imbuh Sumartono.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya