SOLOPOS.COM - Warga bersedekah dan mengambil sedekah di pos pengumpulan dan pengambilan di Desa Miri, Kecamatan Kismantoro, Kabupaten Wonogiri, Jumat (7/1/2022) lalu. (Istimewa/Nyanyik Winarsih)

Solopos.com, WONOGIRI-Kepedulian terhadap sesama atau semangat filantropi warga Desa Miri, Kecamatan Kismantoro, Kabupaten Wonogiri, tak padam, meski penularan Covid-19 masih tak terkendali. Sebaliknya, rasa cinta kasih itu semakin subur lantaran terus dipupuk.

Di masa pandemi Covid-19 ini, Tim Penggerak Pemberdayaan Keluarga Keluarga (TP PKK) Desa Miri menebar semangat filantropi dengan bergerak membantu mereka terdampak. Pengurus organisasi menyiapkan berbagai jenis sayuran mentah untuk warga yang membutuhkan, setiap Jumat. Kegiatan diberi nama Sedekah Jumat Berkah dengan tagline atau semboyan, Taruh Semampumu, Ambil Gratis Seperlumu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Program itu filantropi Desa Miri Wonogiri ini digelar September atau Oktober 2020 lalu. Semula kegiatan tersebut hanya dilaksanakan di beberapa lokasi saja. Alih-alih kepedulian warga semakin meredup seiring membaiknya kondisi pandemi, tetapi justru semakin berpijar. Kegiatan itu terlaksana hingga sekarang. Semakin banyak warga yang bersedekah, terutama kalangan ibu rumah tangga, semakin banyak lokasi pengumpulan dan pengambilan sedekah, semakin banyak warga yang terbantu, semakin besar pula sedekah itu memberi manfaat.

Baca Juga: Pernah Jadi Sarangnya Kecu, Desa Pidekso Wonogiri Tak Pernah Kemalingan

Ekspedisi Mudik 2024

Ketua TP PKK Desa Miri, Nyanyik Winarsih, 35, kepada Solopos, Minggu (9/1/2022), mengatakan ibu-ibu Desa Miri berkomitmen akan terus menggelar kegiatan sosial tersebut. Menurut dia, kegiatan seperti itu perlu digalakkan di Kecamatan Kismantoro lantaran kecamatan tersebut merupakan salah satu kantong kemiskinan di Kabupaten Wonogiri.

Isteri Kepala Desa (Kades) Miri, Beny Suryanto, 43, itu menyampaikan, saat ini lokasi pengumpulan dan pengambilan sedekah di Desa Miri ada 11 pos yang tersebar di lima dusun. Ada dusun yang terdapat dua pos, ada pula yang tiga pos. Pos dipilih di lokasi strategis dan mudah dijangkau warga, yakni di sudut persimpangan dusun yang sering dilewati warga. Setiap pos terdapat tempat khusus untuk mencontolkan plastik berisi sedekah. Ada juga pos yang memanfaatkan pos keamanan lingkungan (poskamling). Di lokasi itu sedekah diletakkan secara lesehan.

Setiap pos ada pengelolanya. Pengelola bertugas menerima pengumpulan sedekah dari warga, menyiapkan sedekah di pos, dan memasukkan sedekah ke delam kemasan plastik atau sejenisnya. Kadang ada warga yang bersedekah secara glondongan, seperti tepung gaplek atau sayuran mentah, sehingga perlu dikemasi terlebih dahulu.

Baca Juga: Penasaran, Masyarakat Wonogiri Ingin Bendungan Pidekso segera Dibuka

Ada pula warga yang bersedekah sayuran mentah, seperti pepaya muda yang sudah disawut dan dikemasi dalam plastik-plastik masing-masing kemasan dilengkapi bumbu-bumbu. Hal itu supaya warga yang mengambil bisa langsung memasak tanpa perlu membeli bahan lainnya. Biasanya pengambilan sedekah berlangsung tak lama, yakni pukul 07.00 WIB-09.00 WIB. Ada pos yang mulai melayani pengambilan sejak pukul 05.00 WIB.

“Sedekah bisa berwujud apa saja. Apa yang dimiliki bisa disedekahkan. Banyak warga yang menyedekahkan bumbon-bumbon [berbagai bumbu dapur], bermacam-macam sayuran mentah, bahan masakan, barang seperti gelas, sayur matang, tepung, dan sebagainya,” ucap Nyanyik saat dihubungi.
Biasanya warga yang bersedekah mengumpulkan sedekah pada Kamis siang, sore, atau Jumat pagi. Ada warga yang memesan sayuran kepada tukang sayur keliling, kemudian tukang sayur menyerahkan pesanan itu kepada pengelola pos untuk disedekahkan. Warga yang bersedekah tak hanya warga mampu secara ekonomi. Tak sedikit warga yang sebenarnya ekonominya terbatas, tetapi justru rutin bersedekah.

Baca Juga: Revitalisasi WGM Wonogiri Mundur, Pedagang Malah Gembira

“Siapa pun boleh bersedekah. Warga yang bersedekah pun boleh mengambil seperlunya,” imbuh Nyanyik.

Dia menceritakan, semula kegiatan itu digelar karena warga susah mencari bahan-bahan mentah untuk dimasak. Sebab, saat itu pemerintah menerapkan pembatasan sosial dengan ketat untuk mencegah penularan Covid-19, seperti meminta masyakarat di rumah saja. TP PKK Desa Miri lalu menggelar kegiatan dengan menggunakan uang kas dari iuran anggota. Kegiatan digelar di lima pos di setiap dusun.

Seiring berjalannya waktu kegiatan bisa digelar secara mandiri atau tanpa menggunakan dana kas TP PKK lantaran semakin banyak warga yang bersedekah.

Sementara itu, Ketua TP PKK Wonogiri, Verawati Joko Sutopo, saat berbincang dengan Espos beberapa waktu lalu, mengatakan TP PPK kabupaten memberi keleluasaan bagi TP PKK tingkat kecamatan maupun desa/kelurahan untuk berkreasi. Dia menekankan TP PKK melaksanakan kegiatan yang berorientasi pada manfaat, bukan sekadar seremonial.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya