SOLOPOS.COM - Relawan Desa Sumberagung, Kecamatan Pracimantoro/Sukarelawan Desa Sumberagung, Kecamatan Pracimantoro, Wonogiri saat melalukan pengangkatan air untuk digunakan warga sekitar. (Istimewa)

Solopos.com, WONOGIRI — Meski sudah memasuki musim kemarau, belum ada warga Kecamatan Pracimantoro, Wonogiri, yang mengalami dampak kekeringan. Pasalnya pada 2021 seluruh desa di kecamatan itu telah terfasilitasi air dari perusahaan daerah air minum (PDAM).

Diketahui, Pracimantoro merupakan daerah di Wonogiri bagian selatan yang setiap tahun terdampak kekeringan selama musim kemarau.

Promosi Meraih Keberkahan Bulan Syawal, Pegadaian Ajak Masyarakat Umrah Akbar Bersama

“Belum ada [warga terdampak kekeringan]. Tiga hari kemarin justru hujan deras terus. Masih aman, sudah tidak ada kekeringan di sini,” kata Camat Pracimantoro, Warsito, saat dihubungi Solopos.com, Rabu (4/8/2021).

Baca Juga: Ini Ada Kisi-kisi Terlengkap SKD CPNS 2021, Jangan Bilang-bilang ya!

Menurut dia, salah satu penyebab di Pracimantoro belum ada kekeringan pada musim kemarau tahun ini karena pemasangan air PDAM di seluruh desa sudah terpenuhi. Sehingga sudah tidak ada lagi warga yang membuat penampungan air hujan di rumahnya.

“Air dari PDAM dimanfaatkan warga untuk kebutuhan sehari-hari. Mulai pemasangan air PDAM di daerah rawan kekeringan itu dimulai pada 2020. Kemudian pada tahun ini sudah selesai pemasangannya, jadi aman,” ungkap dia.

Sebelum ada program pemasangan air PDAM dari Bupati Wonogiri, kata dia, ada sembilan desa di Pracimantoro yang setiap tahun terdampak kekeringan. Bahkan pada 2020 masih desa yang terdampak kekeringan, diantaranya Desa Gambirmanis.

Selain pemasangan air PDAM, lanjut Warsito, adanya pengangkatan air bersih dari Luweng Songo juga berdampak dalam mengatasi kekeringan. Diantara desa yang menikmati manfaat air dari sumber itu yakni Desa Joho, Sumberagung dan Petirsari.

“Biasanya, pada tahun sebelumnya itu mulai Juli sudah ada warga yang kesulitan air. Tapi mulai tahun ini sudah aman. Namun yang justru terdampak dengan adanya hujan tiga hari terakhir ini petani singkong. Waktunya panen justru hujan,” kata Warsito.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Wonogiri, Bambang Haryanto, mengatakan hingga kini pihaknya belum menerima penjelasan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terkait masih turunnya hujan di Wonogiri saat kemarau akhir-kahir ini.

“Berdasarkan buletin yang kami terima Juli, musim kemarau tahun ini agak mundur. Di Wonogiri puncak kemarau diprediksi terjadi pada Agustus dasarian kedua. Ini kan prediksi, kalau ada fenomena lain seperti muson dan siklon juga berpengaruh terhadap cuaca,” kata dia.

Baca Juga: Dari APBD hingga Bantuan Swasta untuk Penanganan Covid-19 di Klaten

Bambang mengatakan, dengan adanya hujan yang turun dalam beberapa waktu terakhir justru bisa mengatasi kekeringan di Wonogiri selatan. Terlebih seperti warga Kecamatan Paranggupito yang masih menggunakan sistem tampungan air hujan.

“Sementara pasokan air masih cukup. Tahun ini kan kemaraunya tidak terlalu parah. Kami berharap kebutuhan air bisa tercukupi. Orang daerah selatan itu lebih suka air hujan dari pada beli air tangki,” kata Bambang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya